Liputan6.com, New York - Setengah dari kehidupan alam liar dan 60 persen tanaman di banyak hutan besar di dunia terancam punah dalam satu abad ke depan. Hal itu sangat mungkin terjadi jika manusia tidak segera bertindak menanggulangi pemanasan global.
Dilansir dari Time.com pada Kamis (15/3/2018), pernyataan di atas didapat dari hasil penelitian ilmiah oleh World Wildlife Fund, bekerja sama dengan Universitas Anglia Timur dan Universitas James Cook, yang dimuat di jurnal Climatic Change.
Baca Juga
Advertisement
Hasil penelitian tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global dan beragam fenomena terkait, seperti badai ekstrem, tidak teraturnya curah hujan, serta kekeringan panjang, dapat menimbulkan ancaman keras terhadap kelangsungan banyak biodiversitas, seperti lembah Sungai Amazon, Kepulauan Galapagos, bagian tenggara Australia, serta pantai-pantai di kawasan Eropa dan Karibia.
"Hari-hari yang semakin panas, kekeringan dalam waktu panjang, dan berbagai bencana intens lainnya akan dianggap 'kenormalan' baru, tapi mengancam kelangsungan makhluk hidup di banyak bagian di Bumi," ujar Nikhil Advani, ahli cuaca yang memimpin penelitian terkait.
Studi terkait meneliti kemungkinan dampak perubahan iklim pada hampir 80.000 spesies tanaman dan hewan di 35 biodiversitas terbesar di dunia.
Mereka meneliti tiga skenario pemanasan global, yaitu peningkatan suhu Bumi sebanyak 2 derajat Celsius, ambang batas Perjanjian Paris, dan kenaikan suhu Bumi sebesar 3,2 derajat Celsius yang diperingatkan oleh PBB.
Ketiga skenario tersebut, justru diketahui kian parah terjadi saat ini. Kenaikan suhu tercatat berpotensi menyentuh angka 4,5 derajat Celsius pada akhir abad ke-21.
Simak video mengenai patahnya gunung es akibat perubahan iklim berikut:
Risiko Kerusakan Akibat Naiknya Suhu Bumi
Sementara itu, studi tersebut menemukan bahwa jika suhu global meningkat sebesar 3,2 derajat Celsius, maka 60 persen kehidupan tanaman dan 50 persen satwa liar di Amazon akan terancam punah.
Namun, risiko tersebut meningkat secara dramatis jika suhu naik sebesar 4,5 derajat Celsius dan akan menjadi bencana bagi flora dan fauna di daerah-daerah yang sangat rentan, seperti hutan Miombo di Afrika bagian selatan.
Lebih dari itu, ancaman kepunahan tersebut memproyeksikan hilangnya 90 persen amfibi dan 80 persen atau lebih banyak kehidupan mamalia, tanaman, dan burung.
Penulis penelitian mengajukan dua metode untuk mengurangi dampak ekologi ini. Salah satunya adalah melalui penyebaran, atau membiarkan spesies bermigrasi ke wilayah baru yang tidak rentan, yang dapat menurunkan kepunahan hingga 20-25 persen jika kenaikan suhu global dijaga hingga 2 derajat Celsius.
Adapun metode lain, dan yang lebih efektif menurut penelitian terkait, adalah mitigasi, atau membatasi emisi gas rumah kaca lebih ketat untuk meminimalkan kenaikan suhu.
Hal tersebut sangat penting dilakukan karena menganjurkan agar suhu meningkat sampai 1,5 derajat Celsius jika memungkinkan.
"Hal terpenting yang bisa dilakukan dunia adalah menjaga suhu global naik seminimal mungkin dengan melakukan segala untuk mengurangi gas rumah kaca di atmosfer," menurut penelitian terkait.
Advertisement