Pegadaian Kantongi Untung Rp 2,5 Triliun Tahun Lalu

Jumlah nasabah yang saat ini dilayani Pegadaian didominasi nasabah yang berusia produktif atau sekitar 68 persen di bawah 45 tahun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Mar 2018, 12:15 WIB
Petugas melayani warga saat transaksi di pegadaian di Jakarta, Kamis (15/6). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Pegadaian (Persero) meraup laba Rp 2,5 triliun sepanjangn 2017. Angka ini tumbuh 13,7 persen (year on year/yoy). Direktur Utama PT Pegadaian Sunarso mengatakan pencapaian tersebut didorong kenaikan outstanding loan (OSL) menjadi Rp 36,882 triliun dan pendapatan usaha sebesar Rp 10,523 triliun.

“Atas capaian kinerja tersebut kami menargetkan dapat melayani 11,5 juta nasabah pada tahun ini, sebagai wujud semangat kami untuk memperluas kehadiran layanan kami di masyarakat dan negeri ini,” jelas Sunarso dalam Paparan Kinerja PT Pegadaian di Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Dia menambahkan jumlah nasabah yang saat ini dilayani Pegadaian didominasi nasabah yang berusia produktif atau sekitar 68 persen di bawah 45 tahun.

Sementara itu, perseroan menargetkan OSL pada tahun ini sebesar Rp 45,4 triliun dan pendapatan usaha Rp 12,5 triliun, meningkat sekitar 19 persen persen dibandingkan pendapatan tahun lalu Rp 10,5 triliun.

"Performa keuangan perusahaan tahun 2018 diperkirakan akan terus tumbuh positif seiring dengan berlanjutnya prospek ekonomi nasional yang diperkirakan tumbuh 5,4 persen," tambah Sunarso.

Menurut Sunarso, pada saat yang bersamaan Pegadaian menargetkan laba bersih pada 2018 sebesar Rp 2,7 triliun, meningkat 7,14 persen dari tahun lalu sebesar Rp 2,52 triliun.

Dia menjelaskan, strategi utama sepanjang tahun ini meningkatkan kualitas layanan seperti digitalisasi business process, kenyamanan layanan di outlet, revitalisasi gudang dan logistik, serta pelayanan prima kepada nasabah.

Perseroan juga akan memperluas jangkauan dan jenis layanan meliputi peningkatan jumlah agen, memberikan layanan online melalui mobile app, menambah produk baru seperti gadai tanpa bunga, gadai tanah syariah, dan layanan berbasis fintech.

“Untuk itu, strategi Pegadaian dalam menghadapi tantangan antara lain melakukan transformasi pengembangan kanal distribusi, maupun produk yang berbasis digital. Digitalisasi proses bisnis dan transformasi di area human capital termasuk corporate culture yang saat ini tengah dilakukan oleh kami," ujarnya.

 


Hadapi Persaingan

Warga saat bertransaksi di pegadaian di Jakarta, Kamis (15/6). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sunarso mengakui, bahwa kondisi persaingan di bisnis Pegadaian semakin ketat antara lain disebabkan terbitnya Peraturan OJK 31/2016 yang memungkinkan masuknya pemain-pemain baru di industri pegadian, seperti financial technology (fintech).

“Namun, kami optimis dengan strategi yang dijalankan agar Pegadaian tetap dapat mempertahankan pangsa pasar di industri gadai dan mampu mendiversifikasi mesin pertumbuhan pada produk-produk non-gadai.”

Di sisi lain, Pegadaian sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berusaha selalu meningkatkan kontribusinya kepada Negara seperti yang dilakukan pada tahun 2017 dengan berkontribusi terhadap pembayaran Pajak sebesar Rp 1,6 triliun dan setoran deviden diperkirakan sebesar Rp 1,02 triliun.

Sunarso menjelaskan untuk kebutuhan pendanaan sepanjang tahun ini, Perseroan menerbitkan obligasi berkelanjutan III tahap II dengan nilai total emisi Rp3,5 triliun yang akan digunakan untuk keperluan refinancing obligasi, modal kerja dan pelunasan Surat Utang Pemerintah (SUP) yang jatuh tempo, serta mengejar target Outstanding Loan (OSL) periode 2018.

Selain itu juga menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) senilai Rp 500 miliar yang digunakan untuk memperbaiki struktur pendanaan untuk memperoleh cost of fund yang lebih baik.

Tonton Video Pilihan Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya