Air Mata Buaya Itu Nyata, Ini Asal Mula Istilahnya

Anda pasti pernah mendengar istilah "air mata buaya," bukan? Namun, benarkah buaya benar-benar bisa menangis?

oleh Sulung Lahitani diperbarui 15 Mar 2018, 20:10 WIB
Ilustrasi Foto Buaya (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Anda pasti pernah mendengar istilah "air mata buaya," bukan? Ungkapan tersebut biasanya digunakan untuk seseorang yang berbohong atau berpura-pura menangis untuk mencari simpati. Namun, benarkah buaya benar-benar bisa menangis?

Seorang peneliti dari Universitas Florida telah menyimpulkan bahwa buaya benar-benar bisa mengeluarkan air mata, terlebih saat mereka tengah makan. Namun, ini dilakukan karena alasan fisiologis dan tak ada berhubungan dengan penyesalan atau pun emosional.

Ahli zoologi Kent Vliet dari Universitas Florida mengamati dan merekam aktivitas 4 ekor caiman dan 2 ekor aligator saat makan di Florida's St. Augustine Alligator Farm Zoological Park. Keduanya adalah kerabat dekat buaya.

Ia menemukan bahwa 5 dari 7 hewan itu mengeluarkan air mata saat mencabik-cabik makanan mereka. Bahkan, beberapa dari hewan buas itu matanya terlihat menggelegak saking banyaknya air yang keluar.

"Ada banyak referensi dalam literatur umum soal air mata buaya, tapi hampir semuanya bersifat anekdot. Dari sudut pandang biologis, kami memutuskan melihat lebih dekat untuk mengungkap hal tersebut," ungkap Vliet seperti dilansir dari Sciencedaily.com.

Vliet mengatakan bahwa ia memulai proyek tersebut setelah mendapat telepon dari D. Malcolm Shaner, seorang konsultan neurologi di Kaiser Permanente, Los Angeles dan seorang profesor klinis neurologi di Universitas California.

 


Mempelajari banyak literatur

Ilustrasi Foto Buaya (iStockphoto)

Shaner yang turut menulis makalah penelitian, tengah menyelidiki sindrom yang dikaitkan dengan kelumpuhan wajah manusia. Ini membuat penderitanya seperti menangis saat makan.

Shaner ingin mengetahui apakah sindrom yang dinamakan air mata buaya di istilah umum kedokteran ini, memiliki basis biologis. Shaner dan Vliet menemukan banyak referensi tentang air mata buaya dalam buku yang diterbitkan dari ratusan tahun lalu sampai sekarang.

Dalam salah satu buku, "The Voyage and Travel of Sir John Mandeville" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1400, dijelaskan pada satu bagian "Di negara itu, buaya adalah hal yang umum. Mereka membunuh manusia dan memakannya dengan menangis."

Bahkan, terdapat literatur yang membuat percobaan seorang ilmuwan pada awal abad lalu yang menggosok bawang dan garam ke mata buaya untuk menentukan apakah mitos tersebut benar atau tidaknya. Shaner dan Vliet juga menemukan referensi untuk buaya yang menangis dalam literatur ilmiah, tapi kontradiktif dan membingungkan.

 


Masih jadi misteri

Ilustrasi Foto Buaya (iStockphoto)

Vliet kemudian memutuskan untuk melakukan pengamatan sendiri. Ia menjatuhkan pilihan untuk mengamati caiman dan aligator, bukan buaya, karena mereka dilatih di peternakan serta diberi makan di lahan yang kering. Ini penting untuk melihat apakah hewan-hewan itu mengeluarkan air mata saat menangis.

Dalam pengamatannya, Vliet menemukan bahwa air mata buaya terjadi sebagai akibat dari hewan itu mendesis dan terengah-engah, sebuah perilaku yang sering menyertai saat makan. Udara yang dipaksa masuk lewat sinus, bisa bercampur dengan air mata di lacrimal, yaitu kantong air mata.

Bagaimanapun, misteri air mata buaya telah sedikit terkuak. Tapi yang pasti, rasa sedih bukanlah faktor yang mendasar hal tersebut terjadi.

Makalah tentang penelitian ini telah diterbitkan di edisi terbaru jurnal BioScience.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya