[Cek Fakta] Sandi Tuding Ada yang Memobilisasi Becak Masuk Jakarta

Pemprov DKI berencana mengizinkan becak beroperasi. Isu mobilisasi dari luar Jakarta mewarnai sebelum kebijakannya diimplementasikan.

oleh Stella Maria YN diperbarui 30 Jan 2018, 09:00 WIB
Aktifitas becak di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (16/1). Anies beralasan dengan beroperasinya becak, keadilan peluang ekonomi kembali didapatkan warga yang tersingkir karena kebijakan larangan operasional. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Gubernur Sandiaga Uno memanaskan kembali wacana legalisasi operasional becak di DKI Jakarta. Ia mengatakan, ada pihak yang memobilisasi kendaraan roda tiga itu dari daerah untuk masuk ke Ibu Kota. 

"Sudah ada beberapa laporan dan ini mobilisasi. Enggak mungkin tukang becak dari daerah itu bisa kayuh sendiri ke sini," kata Sandi saat ditemui di RPTRA Taman Sawo, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Minggu, 28 Januari 2018.

 

Fakta:

Liputan6.com mencoba menguji validitas pernyataan Sandi ke beberapa lokasi yang jadi tempat becak beroperasi di Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Mustafa (56), satu dari puluhan tukang becak yang biasa mangkal di jalan layang Bandengan Utara III, Pekojan, Jakarta Barat, membantah ada kedatangan tukang becak dari luar daerah.

Di tempat ia biasa mangkal, ada sekitar 10 tukang becak. Jumlah itu masih bisa bertambah karena jumlah becak yang beroperasi di Pasar Penjagalan, Jakarta Barat, jauh lebih banyak.

"Tidak ada becak dari daerah datang ke sini. Ini becak-becak lama semua, cuma memang pengemudinya banyakan orang daerah. Kayak Bapak (saya) orang Cikampek. Selain itu, ada yang dari Tangerang, Indramayu, Tegal," ucap Mustafa kepada Liputan6.com.

Penarik becak lain, Ali (47), juga menampik mobilisasi becak. Ia tinggal tepat di bawah flyover Bandengan, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, tempat dikabarkan terjadinya peristiwa mobilisasi becak itu.

"Bohong itu, katanya (ada) becak ditolak dari Indramayu. Ada yang bilang turun di Bandengan, ada yang bilang turun di Jelamban," ujar Ali di kawasan Tambora, Senin (29/1/2018).

Menurut Ali, yang tinggal di Bandengan Selatan sejak 1997, warga di sana juga tidak tahu-menahu soal isu mobilisasi becak. Sebab, jika benar, niscaya bakal terjadi kehebohan.

"Enggak ada (warga) yang turun (tangan), enggak ada yang apa (bertindak). Di sini juga enggak ada yang turun," ucap Ali yang sudah 20 tahun lebih berprofesi sebagai pengayuh becak di daerah Angke.

Kabar soal mobilisasi tadi telanjur berkembang luas. Seorang pengemudi becak di Tanah Pasir, Jakarta Utara, Japar (52), sempat mendengar kabar tersebut. Konon, kejadiannya di daerah Bandengan.

"Dengar tapi belum tahu (benar atau tidaknya) gitu. Dengarnya kemarin ada di Bandengan becak diturunin dari mobil," ucap Japar.

Sementara penarik lain di Muara Baru, Jakarta Utara, Cahyono (55), mengaku mendengar isu tersebut. "Iya katanya ada becak datang pakai truk dari Indramayu. Diturunin di Tambora," ujarnya. Namun, ia mengaku tak tahu kebenarannya.

Foto dok. Liputan6.com

Lantas, dari mana Sandi mendapat laporan soal mobilisasi becak? Liputan6.com menghubungi Kepala Satpol PP DKI, Yani Wahyu. Ia mengaku mendapat informasi soal mobilisasi becak.

Yani menuturkan indikasi itu terendus pengamanan tertutup Satpol PP di Kawasan Jakarta Barat. Pengamanan tertutup itu bertugas di lapangan dengan menggunakan pakaian preman, bukan seragam. 

Tugasnya semacam mata-mata dengan fungsi intelijen. Di struktur organisasi Satpol PP, tim semacam ini berada di bawah Seksi Pemantau.

"Itu sempat dihalau oleh anggota. Balik lagi. Waktu itu lagi baru-barunya kebijakan," ia menuturkan. Sayangnya, Yani enggan memaparkan lebih jauh soal pengusiran becak dari luar Jakarta. "Sekilas saja soal itu," ia berkilah.

Yani pun enggan mengungkap kapan peristiwa pengusiran becak dari luar Jakarta terjadi. Yang jelas, saat ini Pemprov DKI tengah mendata semua becak yang di wilayahnya.

Becak-becak yang sudah terdata diberi stiker. Dengan begitu, Pemprov DKI akan mudah mengidentifikasi mana becak yang baru datang dari luar. Menurut Yani, pendataan dan stikerisasi merupakan ranah Dinas Perhubungan.

Satpol PP akan bertugas memberi tindakan dalam implementasi operasional becak. "Yang tidak berstiker saya anggap bukan becak Jakarta," tegas Yani. Satpol PP akan menindak becak tanpa stiker.

Sandiaga Uno juga tak pernah menjawab tegas siapa di belakang aksi mobilisasi becak yang dia sebut itu.

"Kalau datangnya pakai truk, truknya ada tertutup dan terorganisir itu laporan yang datang ke saya, walaupun saya tidak mau suudzon itu ada mobilisasi," kata Sandi.

Hingga kini kabar mobilisasi becak dari luar Jakarta masih sumir. Peneliti Institut Studi Transportasi, Deddy Herlambang, mengaku belum punya data soal mobilisasi becak dari luar Jakarta. Namun, ia tidak memungkiri kemungkinan itu ada.

Sebab, becak biasanya dikelola oleh pengusaha. Pemodal itu yang biasanya memiliki becak. "Sistem ke penariknya biasanya setoran," ungkapnya.

Ada peluang pengusaha becak dari luar Jakarta tergiur dengan longgarnya regulasi di DKI. Mereka mengerahkan armada yang dimilikinya ke Jakarta. Karena itu, Pemprov DKI harus tegas. Bila tidak, akan terjadi banjir becak di DKI.

Kabar mobilisasi becak dari luar Jakarta makin dipanaskan Wakil Ketua DPRD DKI M Taufik. Kabar itu kini diseret ke ranah politik.

Politikus Gerindra, partai yang menjadi pengusung Anies-Sandi di Pilkada DKI 2017, ini menengarai ada aroma politis di balik mobilisasi becak.

"Ada unsur politis, untuk ganggu Jakarta, ini mainan orang tertentu,” kata Taufik saat dihubungi Liputan6.com, Senin (29/1/2018).

Taufik menuding penggerak becak-becak itu adalah provokator. Seperti Sandi, Taufik tidak menjelaskan menunjuk ke siapa tudingannya itu.

"Namanya provokator untuk menggangu Jakarta," ucapnya.

 

Kesimpulan: BELUM DIPASTIKAN KEBENARANNYA

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya