Liputan6.com, Tokyo - Jepang saat ini sedang mengalami krisis populasi. Artinya, jumlah populasi usia tua di negara ini lebih banyak dibanding usia muda. Jika dibiarkan, populasi di Negeri Sakura ini diproyeksi bakal merosot tiga kali lipat dalam lima puluh tahun mendatang.
Pemerintah Jepang pun tengah berupaya untuk bisa meningkatkan tingkat kelahiran di negaranya. Berbagai aturan diterapkan, termasuk kebijakan unik yang dilakukan di Kota Nagicho, Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Melansir The Economist, Jumat (16/3/2018), demi meningkatkan populasi di daerahnya, Pemerintah Nagicho memberikan insentif tambahan bagi wanita yang hamil. Setelah melahirkan mereka berhak untuk mendapat uang USD 2.682 atau setara Rp 36,7 juta.
Tak hanya itu, pemerintah Nagicho juga menyediakan jasa penjagaan anak bersubsidi. Bagi orang tua yang ingin bepergian, tersedia juga perlengkapan bayi dan kursi bayi dalam mobil yang disubsidi.
Subsidi tambahan
Ketika anak tumbuh besar dan masuk sekolah dasar, orang tua berhak menerima dana tambahan USD 826 atau Rp 11,8 juta untuk menanggung biaya tersebut. Terakhir, pemerintah juga akan mensubsidi 30 persen biaya kesehatan dan menyiapkan tempat tinggal yang layak untuk membesarkan anak.
Berbagai fasilitas ini pun memberi timbal balik yang sangat baik bagi perkembangan populasi di kota itu. Jumlah populasi di kota Nagicho berkembang dua kali lipat dari 2005 hingga 2014.
Di tingkat nasional, pemerintah Jepang juga tengah berupaya demi bisa meningkatkan jumlah populasi negara tersebut. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjanji untuk menggelontorkan 2 triliun yen yang bakal dipakai untuk mensubsidi biaya perawatan anak.
Harapannya, tingkat kelahiran anak di Negeri Sakura itu bisa terus menanjak hingga mencapai 1,8 kali lebih banyak dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement