Liputan6.com, Sleman - Mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada) Fahmi Husaen mencuri perhatian Indonesia lewat desain mobil yang memperoleh penghargaan terbaik pada kompetisi Electric Car Design Contest 2018. Kompetisi yang diselenggarakan Muscle Car Indonesia (MCI) ini memasukkan karya Fahmi ke dalam kategori lima besar terbaik.
Fahmi tidak seperti mahasiswa UGM kebanyakan. Ia memiliki keterbatasan fisik karena penyakit Duchne Muscular Distropy (DMD) yang diidapnya sejak kelas 4 sekolah dasar (SD). Penyakit itu melemahkan kekuatan ototnya dan mengharuskan Fahmi mengandalkan kursi roda untuk beraktivitas.
Prestasi yang diperolehnya ini merupakan buah ketekunan dan kerja kerasnya. Ia menghasilkan desain mobil roadster atau atap terbuka dinamis dan elegan dengan konsep mobil listrik.
Baca Juga
Advertisement
"Saya memaksimalkan aliran angin untuk meningkatkan pengendalian, namun tetap memiliki desain yang tidak rumit," ucap mahasiswa UGM program studi Komputer dan Sistem Informasi Sekolah Vokasi (SV) ini dalam jumpa pers di UGM, Bulaksumur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (16/3/2018).
Fahmi mengaku lembur selama satu bulan untuk menyelesaikan desain mobilnya. Kebetulan ketika itu status sebagai mahasiswa UGM sedang tidak membebaninya karena perkuliahan libur, sehingga dia memiliki banyak waktu untuk merampungkan pekerjaannya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Aliran Angin Jadi Fokus Utama
Desain mobil roadster yang dirancang Fahmi memiliki keunggulan dalam aliran angin. Nyaris di seluruh bagian mobil memiliki celah yang memudahkan angin keluar dan masuk.
"Saya memaksimalkan aliran angin untuk pendinginan komponen mobil listrik dan baterai," tutur Fahmi.
Aliran angin ditempatkan di sejumlah titik dan memiliki fungsi masing-masing. Aliran angin melalui sirip tengah ke bawah bodi mobil meningkatkan downforce.
Flat bottom mengurangi turbulensi, aliran angin keluar dari roda, difusser belakang memperlancar aliran angin, aliran angin keluar dari lubang di tengah lampu, spoiler otomatis terangkat ketika kecepatan tinggi dan untuk meningkatkan downforce.
Selain itu juga ada aliran dari sirip tengah depan dilanjutkan melalui bagian bawah yang flat selanjutnya diteruskan melalui difusser untuk mengurangi turbulensi dan meningkatkan downforce.
Lampu mobil mirip dengan mata elang karena ketika mencari ide desain ia terinspirasi dari Golden Eagle yang dilihatnya dari internet.
"Di bagian setir ada pemindahan mobil virtual, untuk meningkatkan percepatan, sehingga mirip mobil konvensional," ucap laki-laki yang lahir pada 18 Mei 1997 ini.
Dalam mendesain mobilnya, Fahmi memulai dengan membuat sketsa. Kemudian, ia memproyeksikan ke tampilan depan, atas, dan samping lewat Adobe Ilustrator sebagai blue print. Proses selanjutnya menggunakan Autodesk Alias, Solidworks, dan Keyshot.
Sayangnya, ia tidak menghitung estimasi nilai mobil jika desain itu diterapkan. Sebab, Fahmi mengaku tidak hafal dengan harga material.
Advertisement
Aktif Mengikuti Lomba
Bukan pertama kali ini, Fahmi mengikuti lomba. Sewaktu SMP, ia pernah meraih juara ketiga Indonesia ICT Award 2010. Ia juga pernah mendapatkan medali perak di Olimpiade Sains Nasional (OSN) Difabel 2015 dan telah memiliki buku tentang desain mobil 3D.
Fahmi gemar menggambar mobil sejak kecil. Sewaktu duduk di bangku SMP, ia sempat merasa sangat tertekan dan jatuh karena kondisi tubuhnya. Ia mulai menggunakan kursi roda ketika saat lulus SD.
"Ibu memotivasi saya, bahkan kursus modelling 3D itu pun juga karena saran ibu," kata Fahmi.
Ucapan sang ibu kala itu memang menjadi pendorong semangatnya. Ketimbang merasa cemas dan terus menerus tertekan, ia mengalihkan kesediaannya dengan berkarya.
"Dengan melakukan sesuatu, saya melupakan penyakit saya," ucapnya.
Fahmi juga berkeinginan membuat desain mobil khusus difabel. Ia berkaca dari pengalamannya sendiri yang sudah pasti mengalami kesulitan ketika harus mengemudikan mobil konvensional.
Perjuangan Sang Ibu
Fahmi merupakan sulung dari empat bersaudara pasangan Anik Marwati dan Murtandlo. Kedua orangtuanya berprofesi sebagai guru SMP.
Anik bercerita, selain Fahmi, dua adiknya, yakni anaknya yang kedua dan bungsu juga menginap DMD. Penyakit ini merupakan gen bawaan yang menyerang laki-laki. Kakak laki-laki Anik juga mengidap penyakit ini.
Gejala awal penyakit ini adalah sulit berjalan dan kerap jatuh. Tulang punggung juga mengalami lordosis.
Anik sekuat tenaga memotivasi anak laki-lakinya. Dia selalu bilang kalau di balik kekurangan selalu ada kelebihan. Fahmi mengamini hal itu dan melakukan saran sang ibu.
"Saya berusaha menguatkan diri sendiridengan doa, sehingga bisa sehat lahir dan batin," ucap Anik.
Ia merasa bangga dengan prestasi Fahmi. Terlebih, setelah pengumuman anaknya masuk kategori lima besar terbaik, kampus UGM menawari Fahmi untuk bergabung dengan tim mobil listrik.
Advertisement