Liputan6.com, Irlandia - Kasus aneh menimpa seorang lansia berusia 84 tahun. Pria tua tersebut mulanya dilarikan ke UGD dengan sejumlah keluhan yang biasa dialami para lansia.
Keluhan tersebut meliputi rasa tak stabil hingga membuatnya terjatuh berulang kali dalam beberapa pekan terakhir. Tiga hari sebelum kunjungan dilakukan, pria itu mengeluhkan lengan dan kakinya terasa lemah.
Baca Juga
Advertisement
Setelah mengeluhkan gejala itu, pria tua itu langsung ke rumah sakit untuk mendapat penanganan serta pemeriksaan. Saat hasil pemeriksaan keluar, dokter sempat bingung karena pria itu tak memiliki riwayat medis yang berbahaya pada tubuhnya.
Ia juga terlihat sehat, tidak merokok ataupun minum alkohol. Anehnya, tes darah juga tak menunjukan tanda-tanda abnormal.
"Dia dinyatakan fit dan sehat, mandiri dengan melakukan aktivitas fisik yang rutin serta hidup di rumah bersama dengan istri dan kedua putranya," tulis laporan jurnal media BMJ Case, melansir The Washington Post.
Karena tak ada keanehan dalam tubuhnya, hal itu sempat membuat bingung para dokter. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan CT scan dan MRI padanya untuk menindak lanjuti keluhan pria tua itu.
Membuat bingung dokter
Barulah diketahui ada penemuan yang cukup mengkhawatirkan kondisi pria itu. Tim medis menemukan sebagian besar lobus pada otak kanannya kosong. Jadi otak kiri pria tua itu mengalami kekosongan.
"Kita semua dibuat sangat bingung dengan gambar yang kita lihat," kata Finlay Brown, seorang dokter yang bekerja di unit gawat darurat Causeway Hospital, di Coleraine, Irlandia Utara. Ia sendiri benar-benar menyaksikan pemindaian itu dan dibuat terperangah bersama dokter lain.
Saat ditanya tentang riwayat pembedahan otak, pria tua itu mengatakan tak pernah melakukannya.
Setelah diusut lebih dalam ternyata pria itu menderita pneumocephalus, atau adanya udara di dalam otaknya. Dokter mengungkapkan kasus ini biasanya ditemukan pada pasien yang telah melalui operasi otak.
Meski demikian, ada kondisi lain yang juga memicu kelainan itu terjadi yakni infeksi sinus dan cedera kepala atau wajah. Menurut tim dokter, jika pria itu pernah mengalami cedera di kepala, ukuran rongga udara di otaknya tak akan mencapai 8,9 sentimeter.
Advertisement
Apa penyebab munculnya kantong udara dalam otak?
Pria itu diduga kuat mengalami osteoma atau tumor tulang jinak pada tengkoaknya. Tumor itu bisa terbentuk dari sinusitis yang dialami pria itu. Karena mengalami sinusitis dalam waktu yang lama, tengkorak pria itu kemudian terkikis.
"Tampaknya hal itu telah berlangsung lama dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun," kata Brown. Menurutnya, ketika pasien mengendus, bersin dan terbatuk, akan mendorong sejumlah kecil udara di kepalanya.
Kondisi tersebut kemudian mengikis tengkorak dan membuat rongga udara pada otak. Tim medis juga yakin bahwa kasus lansia ini dilaporkan sebagai kondisi penyakit yang langka.
Pasien yang bersangkutan bisa saja menjalani operasi untuk menguraikan kantung udara di kepalanya, sekaligus mengangkat tumor yang bersarang. Namun, pria itu menolak karena faktor usianya dan kesehatannya.
Dokter kemudian memberikan pria itu obat mencegah stroke sekunder dan dikirim pulang, dengan catatan harus dipantau apakah bagian sisi kiri tubuhnya bertambah buruk.
Pilihan pria itu sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Para dokter memprediksi kondisi pria tua itu akan bertambah parah. Hal itu sebabkan dengan adanya risiko infeksi lebih tinggi akibat tumornya. Ditambah lagi dengan jalur udara dalam otak, yang mempermudah bakteri dan virus untuk masuk.
Karena kasus pria itu juga langka dan jarang dipublikasikan, tim dokter kesulitan menemukan progosis yang tepat untuknya. Setelah dipulangkan pria itu justru mengaku tidak lagi merasa lemas pada bagian sisi kiriya dan tetap merasa sehat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: