Kepala Bekraf: Dibandingkan Bank, Sektor Ekonomi Kreatif Sebesar BRI

Bekraf menargetkan sumbangan ekonomi kreatif dapat mencapai Rp 1.100 triliun ke PDB.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mar 2018, 20:46 WIB
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pasar Kita oleh Sahabat UMKM di Lippo Mall Puri, Jakarta, Sabtu (10/3). Kegiatan Pasar Kita akan berlangsung pada tanggal 10-11 Maret. (Liputan6.com/Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai ekonomi kreatif terus naik Rp 70 triliun sehingga berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia setiap tahun.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Triawan Munaf menuturkan hal itu saat ditemui pada acara Market Fast 2018, di Jakarta, Jumat (16/3/2018).

Ia menambahkan, sumbangkan ekonomi kreatif pada PDB ditargetkan mencapai Rp 1.100 triliun. “Kontribusi ekonomi kreatif pada PDB ini sangat menggembirakan. Setiap tahun ada kenaikan kurang lebih Rp 70 triliun. Kenaikan lumayan cukup besar,” ujar dia.

Triawan menuturkan, akhir 2016 lalu, sumbangan nilai ekonomi kreatif Indonesia berada di angka Rp 922 triliun. Pada akhir 2017, diprediksi mencapai Rp 1.000 triliun.

“Kalau dibandingkan besarnya bank. Paling besar (asset) BRI itu Rp 1.000 triliun juga. Ekonomi kreatif itu sudah Rp 1.000 triliun,” ujar dia.

Ia mengharapkan, ekonomi kreatif dapat tumbuh pada akhir 2018. Ia menuturkan, masih banyak potensi dan pelaku ekonomi kreatif yang dapat membesarkan usahanya.

“Kebanyakan dari mereka belum berbadan hukum jadi masih belum punya kemampuan untuk membuat pembukuan. Secara survei belum betul angka yang real,” ujar dia.

Seperti diketahui, hingga akhir 2017, aset bank pemerintah mencapai Rp 3.025,61 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI)  menyumbang angka terbesar yakni Rp 1.076,43 triliun. Sementara, di urutan kedua diikuti Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 


RI Jangan Hanya Ekspor Bahan Mentah

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf dan Director Lippo Malls Indonesia Eddy Mumin meninjau stan UMKM usai membuka Pasar Kita oleh Sahabat UMKM di Lippo Mall Puri, Jakarta, Sabtu (10/3). (Liputan6.com/Pool)

Sebelumnya, industri Indonesia dituntut untuk mengedepankan inovasi agar produk dalam negeri memiliki nilai jual tersendiri. Apalagi Indonesia sebagai negara yang terlibat dalam perdagangan di pasar global.

Salah satu hal yang ditekankan ada dalam barang dagangan itu ialah nilai tambah lebih (added-value). Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Triawan Munaf menjelaskan, aktivitas ekspor Indonesia untuk produk mentah saat ini terbilang bagus. Akan tetapi, ia menegaskan, itu perlu dieksplor lebih jauh lagi.

"Pengusaha kita masih lemah karena belum bisa menciptakan brand tersendiri. Kita harus lebih dari itu, jangan hanya ekspor bahan mentah saja," ucap dia di sela-sela acara Indonesia International Furniture Expo (IFEX) di Jakarta, Jumat 9 Maret 2018.

Triawan melanjutkan, total pendapatan sektor ekonomi kreatif dalam negeri saat belum maksimal lantaran pengusaha Indonesia belum mengembangkan produk yang memiliki nilai tambah. Dia juga turut memberikan perbandingan terkait ekspor biji kopi Indonesia.

Menurut dia, kopi yang bijinya berasal dari Indonesia dan lalu diolah oleh pihak luar kemudian dipasarkan kembali di pasar lokal seperti Starbucks, harganya bisa jauh lebih mahal.

"Oleh karena itu, ekonomi kreatif adalah added-value, bukan komoditi," ujar Triawan.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda mengatakan, pemerintah masih punya harapan untuk industri furnitur dalam negeri agar bisa menciptakan produk dan brand tersendiri.

"Jangan sampai kita hanya mengekspor bahan baku yang sebenarnya itu bisa dinikmati negara lain. Coba buat bahan baku itu bisa dinikmati di Indonesia juga, dan proses produksinya ada di Indonesia," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya