Kementerian PUPR Target Selesaikan Monumen Kapsul pada Oktober

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengunjungi pembangunan monumen kapsul penyimpan cita-cita anak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Mar 2018, 20:56 WIB
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyelesaikan pembangunan Monumen Kapsul Waktu di Kabupaten Merauke, Papua. 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, monumen itu menyimpan mimpi dan harapan anak-anak Indonesia akan Indonesia 70 tahun mendatang. Kumpulan asa tersebut dibawa secara estafet mulai dari Aceh ke seluruh provinsi dan berakhir di Kabupaten Merauke, Papua pada Desember 2015.

"Ide pembangunan monumen untuk menyimpan Kapsul Waktu berasal dari Presiden Jokowi pada HUT ke-70 Kemerdekaan Indonesia tahun 2015 dan akan dibuka kembali pada 70 tahun mendatang. Kami ditugasi membangun monumen untuk menyimpan Kapsul Waktu yang akan dibuka pada tahun 2085,” jelas dia dalam keterangan tertulis di Merauke, ditulis Jumat (16/3/2018).

Menara Kapsul memiliki luas 2,5 hektare, terdiri dari satu hektare area monumen dan 1,5 hektare alun-alun. Lokasi monumen berada di depan Kantor Bupati Merauke dan dekat Bandara Mopah, sehingga akan menjadi landmark baru Kabupaten Merauke yang dapat dilihat saat pesawat mendarat. 

Pembangunan dilakukan tahap I pada 2016 berupa pekerjaan pondasi dengan anggaran Rp 7 miliar. Pekerjaan dilanjutkan tahap II sejak Juli 2017 dan direncanakan selesai Desember 2018 dengan biaya konstruksi sebesar Rp 82,9 miliar melalui anggaran Ditjen Cipta Karya dengan kontraktor PT. Nindya Karya. 

“Mudah-mudahan akan selesai lebih cepat yakni Oktober 2018 nanti. Saat ini progres fisik telah mencapai 59 persen,” kata Basuki. 

Sementara itu, Bupati Merauke  Frederikus Gebze mengungkapkan, monumen ini bukanlah konstruksi biasa, tetapi merupakan karya seni sejarah untuk generasi penerus bangsa. 

"Nantinya akan diceritakan dalam bentuk relief perjalanan napak tilas Indonesia. Karena itu ini ditaruh di ujung timur yang tiap hari matahari memancar bagai mata yang menggambarkan pembangunan Indonesia, "ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, monumen kapsul waktu ini akan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah favorit di Merauke. Yang diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisata RI di daerah-daerah perbatasan. 

Pembangunan monumen juga mengadopsi unsur budaya Papua, dimana Kapsul Waktu akan ditempatkan diatas bangunan yang terinspirasi dari menara perang Suku Dani.

 

 


Trans Papua Barat Tersambung

Jalan Trans Papua ruas Wamena-Habema (Foto: Dok Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR)

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memacu pembangunan ruas Jalan Trans Papua. Saat ini, jalan Trans Papua Barat, yang merupakan bagian dari Trans Papua, sudah tersambung mencapai 1.070 kilometer (km).

Kehadiran jalan trans ini akan membuka keterisolasian wilayah, menurunkan harga jual barang-barang di sana, serta mengurangi kesenjangan pembangunan.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, masyarakat setempat sudah mulai merasakan manfaat keberadaan Jalan Trans Papua.

"Kendaraan yang melintas di sini masih sedikit. Tapi dampaknya besar buat penduduk, di mana mereka sebelumnya harus susah payah jalan kaki lewatin medan yang sulit, sekarang sudah ada jalur baru yang mudah dilewati dan memangkas waktu perjalanan," tuturnya, seperti ditulis Rabu (28/2/2018).

Jalan Trans Papua Barat sendiri terbagi menjadi dua segmen, yaitu segmen I Sorong-Maybrat-Manokwari sepanjang 594,81 km dan segmen II Manokwari-Mameh-Wasior-Batas Provinsi Papua sepanjang 475,81 km, sehingga total jalan trans mencapai 1.070 km.

Segmen I adalah jalur yang menghubungkan dua pusat ekonomi di Papua Barat, yakni Kota Sorong dan Manokwari, dan dapat ditempuh dengan waktu 14 jam.

Ruas jalan ini juga terhubung dengan Pelabuhan Arar sebagai pelabuhan tol laut, yang merupakan bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong.

Kondisinya 77 persen sudah beraspal, sementara sisanya masih berupa pengerasan tanah sepanjang 134,88 km dan diperlukan perbaikan geometrik jalan sepanjang 29,5 km.

Sementara segmen II Trans Papua dengan rute Manokwari-Mameh-Wasior-Batas Provinsi Papua telah berhasil tembus pada Desember 2017. Rute ini sudah dilakukan pengaspalan sepanjant 145,41 km, pengerasan tanah 330,41 km, dan perlunya perbaikan geometrik jalan sepanjang 38,24 km.

Direktur Pembangunan Jalan Kementerian PUPR Achmad Gani Gazali mengatakan, tantangan dalam pembangunan jalan trans, baik di Papua dan Papua Barat, adalah kondisi alam yang masih berupa hutan, pegunungan, dan cuaca.

"Ditjen Bina Marga sudah bekerja sama dengan Pusjatan (Puslitbang Jalan dan Jembatan) untuk mengatasi kondisi di lapangan. Sistem kerja tiga shift juga diterapkan, agar target penyelesaian dapat tercapai," ucap dia.

Tantangan lain yang harus dihadapi adalah terbatasnya ketersediaan material konstruksi di Papua. Gani menyatakan, pihaknya akan tetap berupaya keras mengutamakan pemanfaatan material yang tersedia di tanah Papua.

Sementara itu, Kepala BPJN XVII Yohanis Tulak Todingrara mengatakan, alokasi dana penanganan Trans Papua Barat untuk tahun ini adalah sebesar Rp 950 miliar. Dana tersebut juga digunakan untuk pembangunan sejumlah jembatan, serta pemeliharaan jalan agar tetap dalam kondisi fungsional.

Hingga akhir 2017, jumlah jembatan yang butuh dibangun atau ditangani berjumlah 125 jembatan atau setara 3.350 meter. Pembangunan jembatan bersifat semipermanen dengan menggunakan jembatan bailey atau jembatan kayu.

"Kita targetkan bisa selesai tahun 2019. Pada tahun ini kita sudah tangani pembangunan sebanyak 60 jembatan yang juga akan melibatkan Pusjatan untuk pendampingan,” ucap Tulak.

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya