Ingin Makan Tanah? Anda Mungkin Hamil

Anda ingin makanan ringan yang kotor berupa tanah liat? Bisa jadi itu petanda Anda sedang hamil muda

oleh Liputan6 diperbarui 08 Jun 2011, 14:46 WIB
Liputan6.com, New York: Anda ingin makanan ringan yang kotor berupa tanah liat? Bisa jadi itu petanda Anda sedang hamil muda. Kebiasaan memakan tanah tak hanya dialami anak-anak, wanita dewasa yang sedang hamil muda terkadang ingin memakan tanah. Namun tak perlu khawatir, tanah disebut-sebut melindungi tubuh dari virus dan bakteri.

Penelitian baru menunjukkan bahwa makan tanah, yang juga disebut geophagy, paling umum dilakukan selama tahap awal kehamilan dan pada anak kecil. Dan tanah liat memiliki efek menenangkan perut dan dapat melindungi individu dari virus dan bakteri.

"Tanah liat ini bisa mengikat hal-hal berbahaya, seperti mikroba, patogen, dan virus, yang kita makan atau dapat menghalangi seperti masker lumpur untuk usus kita," kata peneliti Sera Young, di Cornell University di Ithaca, NY.

Young mengatakan, penelitian ini menjelaskan keinginan makan tanah tersebut bukan perilaku yang aneh."Dan ini akan membantu perempuan tidak merasa sendirian," ujarnya.

Praktik makan tanah ini biasanya terjadi di daerah tropis, meskipun telah banyak ditemukan di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat. Kebanyakan mereka yang bernafsu makan tanah tidak siap mengakuinya. Beberapa hipotesis telah diajukan untuk memahami mengapa sebagian orang makan tanah.

Geophagy terkait dengan prilaku. Selain itu ada juga pica (makan setiap item yang bukan makanan, seperti kapur atau es) dan ini merupakan keinginan aneh yang tidak memiliki dasar ilmiah medis atau lainnya. Kebiasan primata dan mamalia yang memakan kotoran bertentangan dengan teori tersebut. Karena hewan hanya berfokus pada kelangsungan hidup mereka dan kebiasaan yang tidak akan bertahan tanpa alasan.

Para peneliti memperkirakan ngidam makan tanah juga bisa dikaitkan dengan kekurangan gizi dan anemia, meskipun pasien pengkonsumsi suplemen zat besi dan mineral tidak melaporkan mengidam tanah. Sebuah teori ketiga adalah bahwa tanah liat membantu membentuk pelindung berupa penghalang di perut dan merupakan cara untuk membersihkan saluran pencernaan.

Untuk menguji teori ini, para peneliti menganalisis literatur sejarah dan antropologi untuk geophagy dari seluruh dunia. Mereka memasuki masing-masing akun ke dalam database dan mencari kesamaan contoh.

Berikut beberapa studi yang berbeda di seluruh dunia, walaupun perempuan sering ragu-ragu mengakui keinginan mereka untuk makan kotoran dan membuat sulit pada trimester pertama.

Di Tanzania dan daerah lainnya di Afrika, makan kotoran telah dilaporkan meningkat di mana saja, dari 30 hingga 60 persen dari wanita hamil dan baru hamil. Di tempat-tempat seperti Denmark, sampel perwakilan nasional menunjukkan prevalensi sekitar 0,01 persen pada wanita hamil.

Di beberapa lokasi di Amerika Serikat, prevalensi dari setiap pica (termasuk es, abu pati, atau tanah) bervariasi antara 20 dan 40 persen. Di 11 kabupaten di Mississippi selatan, Amerika Serikat, sekitar 38 persen wanita hamil berpenghasilan rendah di sebuah klinik telah mengidam kotoran.

Apa yang mereka temukan memungkinkan mereka untuk menyingkirkan beberapa hipotesis lain dan membuktikan tanah liat sebagai faktor protektif yang penting. "Kami menemukan pada wanita hamil dan anak-anak kecil yang makan tanah liat, mereka yang paling rentan terhadap penyakit menular, " kata Young. "Itu terjadi di mana kepadatan patogen lebih tinggi, di daerah hangat, beriklim lembab."

Dalam studi pada kelinci dan tikus, peneliti menemukan bahwa tanah liat di dalam usus dapat bertindak sebagai penghalang, menghentikan masuknya virus dan bakteri. Ini juga telah menunjukkan bahwa hal itu dapat membantu meningkatkan penyerapan nutrisi, yang penting selama kehamilan awal dan masa kecil untuk pertumbuhan. Studi ini dipublikasikan 1 Juni di journal The Quarterly Review of Biology.

Itu tidak benar-benar sebuah ide baru, tanah liat telah digunakan sebagai obat antidiare Kaopectate, yang namanya berasal dari tanah liat kaolinit. Namun para produsen obat berhenti menggunakan tanah liat di obat karena masalah kontaminasi dengan timah.(FoxNews/MEL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya