Pria yang Hilang Bersama Putri Dubai Ternyata Eks Mata-Mata Prancis

Bagaimana sang putri Dubai yang hilang di Pantai Goa India mengenal pria eks mata-mata Prancis? Berikut kisahnya.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 18 Mar 2018, 18:00 WIB
Pria yang Hilang Bersama Putri Dubai Ternyata Eks Mata-Mata Prancis (Screengrab dari video yang dirilis oleh Detained in Dubai/Metro.co.uk)

Liputan6.com, Goa - Kasus Putri Dubai Sheikha Latifa yang hilang di Pantai Goa, India, masih terus jadi misteri. Usai mengunggah video di salah satu situs berbagi, kabar Latifa masih belum diketahui.

Putri Latifa dilaporkan lenyap bersama pria Amerika Serikat bernama Herve Jaubert. Belakangan, terkuaklah siapa Jaubert sesungguhnya.

Dikutip dari Metro.co.uk pada Minggu (18/3/2018), Jaubert adalah eks mata-mata Prancis. Dia adalah pria yang berhasil kabur dari Dubai. Aski kaburnya Jaubert diduga menggunakan baju selam yang disembunyikan di bawah bukrka.

Nama lengkap Jaubert adalah Jean-Pierre Herve Jaubert, mantan agen intelijen Prancis dan seorang penulis buku.

Dalam video yang bikin bulu kuduk merinding yang dipublikasikan oleh pengacara sang putri di AS, perempuan 33 tahun itu mengatakan dia harus kabur dari Uni Emirat Arab karena dia tak punya kebebasan sebagai anak dari Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.

Seperti diketahui, Al Maktoum adalah Wakil Presiden dan Perdana menteri Uni Emirat Arab. Singkatnya, dia adalah sang penguasai Dubai.

Dalam video berdurasi 40 menit, Putri Dubai Latifa, mengklaim ia telah ditahan, disiksa, dipukuli dan dibatasi sepanjang hidupnya.

Menurut Radha Stirling, pendiri Detained in Dubai --sebuah firma hukum yang membantu orang yang bermasalah di Uni Emirat Arab -- mengatakan, sang putri diketahui bersembunyi di sebuah yacht bersama Jaubert dan seorang warga negara Inggris lainnya.

Tak jelas, bagaimana Latifa dan Jaubert bisa kenal satu sama lain.

Latifa pertama kali mengontak Stirling pada 26 Februari. Namun, tak terdengar kabarnya semenjak 4 Maret ketika ia meminta tolong lewat WhatsApp.

Sementara itu, Jaubert juga seorang yang terkenal dengan bukunya berjudul 'Escape from Dubai'. Dia adalah mantan intelijen Prancis dan seorang insinyur di Angkatan Laut. Dia pernah jadi mata-mata Prancis atau DGSE sampai tahun 1993. Tak lama kemudian, dia pindah ke Florida dan membuat perusahaan penyelaman.

Pada 2004, pebisnis Sultan Ahmed bin Sulayem mengunjungi pabrik Jaubert di Florida dan mengundangnya untuk meindahkan perusahaannya ke Uni Emirat Arab,

Jaubert menerima tawaran itu dan bin Sulayem menempatkannya sebagai orang yang bertanggung jawab atas anak perusahaan baru Dubai World, sebuah perusahaan investasi yang mengelola dan mengawasi proyek-proyek untuk Pemerintah Dubai.

Di sana, Jaubert mendirikan perusahaan manufaktur kapal selam dengan sebuah pabrik, yang setelah dua tahun mulai membuat kapal selam wisata dan kapal supercepat.

Tapi pada suatu saat, perusahaannya mengalami kesulitan.

Sejumlah masalah menimpa Dubai World dan polisi Dubai menuduhnya melakukan penggelapan sementara Jaubert mengatakan bahwa sistem negara tersebut korup.

Menurut laporan, Jaubert berhasil menyamar dan lolos keluar dari Dubai pada Mei 2008.

Daily Telegraph melaporkan bahwa dia mengenakan perlengkapan selam dan ditutup seperti wanita Arab saat melarikan diri.

Dalam bukunya, Jaubert mengklaim bahwa dia meluncur ke laut setelah menyelinap keluar dari sebuah hotel.

Dia mengatakan bahwa dia menggunakan sebuah sampan untuk mencapai tujuannya - sebuah kapal layar, diawaki oleh seorang mantan mata-mata Prancis, menunggu di luar perairan teritorial UEA.

Sementara itu, Latifa mengaku sebagai salah satu dari 30 anak dari Sheikh Mohammed, yang memiliki enam istri.

Dia merilis klaimnya dalam sebuah video dari tempat persembunyiannya.

Tapi Detained in Dubai mengatakan bahwa Putri Dubai itu telah mengeluarkan pesan yang diikuti telepon dengan "panik dan ketakutan". Lembaga itu juga mengklaim menerima salinan paspor Latifa.

Lembaga tersebut mengatakan bahwa Latifa menelepon mereka pada tanggal 4 Maret dan berkata: "Tolonglah, ada orang-orang di luar, saya mendengar suara tembakan dan saya bersembunyi dengan teman saya."

Sebuah pesan WhatsApp dari Latifa menambahkan: "tolonglah, saya tidak tahu apa yang terjadi."

Sang Putri Dubai mengklaim bahwa dia tidak diizinkan meninggalkan Dubai sejak tahun 2000. Latifa juga tidak diizinkan menyetir dan gerakannya dipantau sepanjang waktu.

 


Siapakah Sesungguhnya Sheikh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum?

Sheikh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum (KHALIL MAZRAAWI / AFP)

Ayah Latifa, Sheikh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum adalah penguasa Dubai berusia 68 tahun. Al Maktoum dekat dengan Ratu Elizabeth karena kesukaan mereka atas balap kuda. Keduanya kerap bertemu bertemu di Royal Ascot setiap tahun.

Tapi saat dia terkenal di sirkuit balap kuda, kehidupan keluarganya di Dubai misterius dan dijaga dengan ketat.

Latifa mengatakan bahwa dia adalah putri salah satu istri Syeikh yang kurang terkenal. Sang ayah dilaporkan memiliki istri enam dan 30 anak.

Latifa mengatakan bahwa dia memiliki dua saudara perempuan lainnya dan merupakan putri ketiga dari Al Maktoum.

Latifa tidak memiliki profil publik dan karena diduga melarikan diri dari negaranya, akun media sosialnya telah ditutup.

Rashid Al Maktoum diperkirakan memiliki kekayaan pribadi sebesar 15 miliar pound sterling. Al Maktoum dikenal di Inggris karena menjadi salah satu pemilik kuda pacu tertinggi.

Dia juga dikenal karena mengubah Dubai menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di dunia.

Al Maktoum menggantikan saudaranya pada tahun 2006 untuk menjadi penguasa Dubai dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab.

Gairah terbesar Maktoum adalah menunggang kuda dan dia adalah pemilik istal Godolphin, yang telah menghasilkan beberapa keturunan kuda terdepan dalam olahraga ini.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya