Liputan6.com, Jakarta Stigma yang menempel pada penyakit kusta masih sangat kuat. Hal ini membuat pasien yang mengidap penyakit ini, tidak hanya mengidap sakitnya tapi juga diskriminasi dari orang sekitar.
Hal ini dialami oleh Irwansyah, seorang pemuda usia 24 tahun dari Gowa, Sulawesi Selatan.
Advertisement
"Pertama kali saya tahu kena kusta, karena kaki saya bengkak, sudah tidak ada rasanya lagi," ceritanya pada Health-Liputan6.com, ditulis Senin (19/3/2018). Bakteri kusta memang menyerang saraf, membuat area yang terkena jadi mati rasa.
Saat itu, Irwansyah akhirnya dibawa ke rumah sakit oleh bosnya. Pria ini bekerja di bengkel sebagai mekanik.
Irwansyah lalu diambil darahnya. Setelah itu, dia langsung didiagnosis kusta. Diagnosis itu mengubah hidupnya hanya dalam waktu semalam.
"Saya pulang ke rumah, dan saya bilang pada orangtua. Saya begini terkena penyakit kusta," kenangnya. "Tapi orangtuaku tidak menerima!"
Sikap Orangtua Berubah
Setelah tahu Irwansyah terkena kusta, sikap orangtuanya berubah drastis. "Saya tidak dibolehkan keluar rumah, nasi saja dipisah. Semuanya, semuanya dipisah," kenangnya dengan muram.
Irwansyah mengatakan, perlakuan orangtuanya itu membuatnya mengalami stres. Dalam proses penyembuhannya, obat kusta yang dikonsumsi oleh pasien bisa menyebabkan berbagai reaksi. Dalam kasus Irwansyah, reaksi yang dialaminya adalah munculnya luka dan bengkak di bagian tangan.
Reaksi ini membuat Irwansyah harus dirawat di RSK Tadjuddin Chalid. "Saya lama tinggal di sana, saya berobat terus, tapi ibu tidak pernah datang menjenguk. Cuma bapak."
Sejak Irwansyah sakit, yang merawat hanyak bapaknya saja. "Ibu jijik sama saya, tidak pernah mau menyentuh. Di rumah juga maunya jauh-jauh saja," sambung Irwansyah.
Padahal dulu, Irwansyah adalah anak kesayangan sang Ibu. "Dulu mamak sayang sekali pada saya. Saya selalu dipeluknya," ujar anak sulung dari dua bersaudara ini.
Pemuda ini mengatakan, ibunya tidak mau percaya kalau obat MDT (obat kusta gratis dari pemerintah) yang dikonsumsinya bisa membuatnya sembuh total.
Advertisement
Sembuh Total
Sekarang Irwansyah sudah sembuh. Dia kini bergabung dalam LSM Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa), yang memiliki fokus pemberdayaan mantan dan penderita penyakit kusta.
Irwansyah juga jadi bagian dari tim PerMaTa yang menyambut kedatangan Yohei Sasakawa, Duta Eliminasi Kusta dari WHO di Puskesmas Kanjilo, Barombong, Gowa, Sulawesi Selatan.
Walau sudah sembuh, stigma yang menempel pada kusta tetap membuatnya tak bisa hidup seperti dulu. "Ibu sudah tidak seperti saya sakit dulu, tapi dia tetap tidak mau dekat-dekat dengan saya," tutupnya.