Bukan Hanya di Air Minum, Mikroplastik Ada di Mana-Mana

Penemuan mikroplastik di air minum dalam kemasan membuat masyarakat jadi waspada. Namun sesungguhnya, mikroplastik ternyata ada di sekitar kita.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Mar 2018, 11:45 WIB
Batu Ginjal Tidak Hanya Menyerang Individu Usia Produktif, Anak Kecil juga Bisa Terkena Batu Ginjal (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Dunia dihebohkan dengan adanya penemuan mikroplastik di air minum dalam kemasan. Namun, benda apa sebenarnya mikroplastik itu?

Dilansir dari Buzzfeed pada Senin (19/3/2018), mikroplastik adalah fragmen atau serat (yang sering berasal dari pakaian atau udara), yang dipecah dari sebuah barang plastik yang besar, atau dibuat sedemikian rupa hingga ukurannya menjadi kecil.

Menurut Martin Wagner, profesor biologi di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Norwgia, mikroplastik sesungguhnya ada dimana-mana.

"Kita hidup di era plastik. Hampir setiap waktu kita menggunakannya. Ini membuatnya sangat sulit dihindari karena mereka ada di sekitar kita," kata Wagner pada Buzzfeed.

Menurut Wagner, mikroplastik ada di rumah, sekolah, kantor, mobil, pakaian, peralatan masak, mainan, telepon, dan banyak hal lainnya. Benda ini bisa tertelan maupun terhirup.

Tidak hanya di lingkungan perkotaan, mikroplastik juga ditemukan di alam. Ini akibat dari penggunaan plastik oleh manusia dalam jumlah besar.

"Mikroplastik ditemukan di berbagai tempat di alam. Juga di berbagai macam spesies binatang dan organisme kecil di rantai makanan," kata John Meeker, profesor kesehatan lingkungan di University of Michigan School of Public Health, Amerika Serikat.

 

Simak juga video menarik berikut ini:


Manusia Berevolusi

Ilustrasi (iStock)

Beberapa temuan menyatakan, mikroplastik yang cukup besar sekalipun, hanya melewati tubuh seperti benda lain yang tidak mudah dicerna. Seperti permen karet.

"Manusia telah berevolusi untuk mengonsumsi bahan yang tidak mudah untuk dicerna, bahkan sebelum kita membuat plastik. Kita mengonsumsi benda-benda dengan partikel yang tidak dapat kita cerna. Karena itulah, saya percaya walaupun belum ada pemahaman ilmiah soal ini, risiko kesehatan mikroplastik dalam air minum kemasan tidaklah akut," kata Wagner yang juga meneliti tentang mikroplastik.

Walaupun begitu, untuk mengetahui dampak jangka panjang mikroplastik, masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

 


Mengurangi Penggunaan Barang Plastik

Petugas Sudin Lingkungan Hidup bersama PPSU menanam bibit pohon mangrove di atas tumpukan sampah di kawasan hutan mangrove Ecomarine, Jakarta Utara, Minggu (18/3). Media tanam bibit mangrove itu berupa sampah yang terurai. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Wagner mengatakan, lebih baik bagi manusia mengurangi penggunaan plastik.

"Yang kita khawatikan bukanlah tentang partikel plastik, tapi bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik. Paparannya bisa terjadi dari waktu ke waktu," kata Wagner.

"Mengurangi penggunaan plastik secara berlebihan dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya mengurangi mikroplastik namun juga mengurangi paparan bahan kimia dari plastik. Ini baik untuk lingkungan karena Anda menghasilkan lebih sedikit sampah plastik," tutup Wagner.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya