Bonita, Harimau Cantik nan Liar Penuh Misteri

Hingga Senin ini, perburuan terhadap harimau Bonita telah memasuki hari ke-75. Tim gabungan berburu untuk menangkap dan menyelamatkan harimau Sumatera itu.

oleh Anri SyaifulM Syukur diperbarui 19 Mar 2018, 10:30 WIB
Harimau Sumatera bernama Bonita yang menerkam karyawati perkebunan sawit dan buruh bangunan berkeliaran di Desa Tanjung Simpang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (Foto: Dok. BBKSDA Riau/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Hingga Senin (19/3/2018), perburuan terhadap harimau Bonita telah memasuki hari ke-75. Tim gabungan berburu untuk menangkap dan menyelamatkan harimau Sumatera itu.

Harimau Bonita diburu petugas gabungan sejak menerkam hingga tewas dua warga Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Pertama, karyawati perusahaan sawit, Jumati (33), Januari 2018 lalu. Kedua, buruh bangunan bernama Yusri Efendi (34), pada 10 Maret silam.

Hingga Senin (19/3/2018), perburuan terhadap harimau Bonita telah memasuki hari ke-75.

Seperti dilansir laman Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, bbksdariau.id, Bonita telah membuat sebagian orang yang tahu kisahnya merinding. Meski namanya cantik, Bonita telah memangsa korban jiwa.

Penduduk Desa Tanjung Simpang, Kelurahan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, dan wilayah sekitarnya sangat menghindari perjumpaan dengan Panthera tigris sumatrae yang disebut penduduk setempat Datuk Belang ini.

Namun, saat ini tim rescue gabungan sedang gencar mencarinya.

"Bukan untuk diburu, sama sekali bukan. Namun, untuk diselamatkan. Diselamatkan dari kegeraman warga yang ingin balas dendam dengannya, diselamatkan dari kemungkinan dia sakit yang menyebabkan perilakunya berubah, dan terutama diselamatkanlah jiwa warga Pelangiran dan sekitarnya dari ancaman maut si Bonita," tulis BBKSDA Riau.

Perilaku Bonita yang berbeda dari satwa liar lainnya menjadi perhatian khusus tim gabungan. "Dengan genit Bonita melenggang mendekati kendaraan maupun camera trap dan box trap yang telah dipasang untuknya. Tak sedikit pun dia tertarik untuk mencicipi hidangan yang dipersiapkan khusus oleh tim untuknya," ucap BBKSDA Riau.

Sosialisasi dan pemasangan box trap di daerah lintasan harimau sudah dilakukan tim sejak lebih dua bulan yang lalu. Memberikan sejenis makanan kesukaan yang mengandung sedative dan pemakaian obat bius pun telah diupayakan. Namun, hingga saat ini, harimau Bonita tetap tidak mempan rayuan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 


Ultimatum Warga

Harimau Sumatera bernama Bonita yang menerkam karyawati perkebunan sawit dan buruh bangunan berkeliaran di Desa Tanjung Simpang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (Foto: Dok. BBKSDA Riau/M Syukur)

Pada 10 Maret lalu, harimau Bonita memangsa Yusri, buruh bangunan asal desa di Pulau Muda. Lokasi Desa Pulau Muda dengan lintasan harimau yang berkonflik tidaklah dekat, sekitar kurang lebih 20 kilometer.

Seorang warga dari Pulau Muda bekerja di tempat harimau yang masih berkeliaran. "Dengan kondisi harimau belum berhasil dievakuasi, ada petani walet mencoba membangun rumah walet baru dan mempekerjakan orang dari luar kampung di daerah konflik harimau yang sedang terjadi. Amatlah disayangkan," tulis BBKSDA Riau.

Dengan munculnya korban jiwa ini, penduduk Desa Pulau Muda berduyun-duyun mendatangi kantor PT THIP mendesak tim gabungan segera menangkap harimau tersebut. Mereka mengultimatum jika dalam waktu tiga hari tim tidak mampu mengevakuasi Bonita, maka masyarakat Pulau Muda yang akan membunuh satwa liar tersebut dengan cara apa pun.

Di tengah warga yang berkerumun, M. Hendri, seorang Polisi Kehutanan BBKSDA Riau yang saat itu memimpin kerja tim gabungan di lapangan, naik ke podium menenangkan massa. Dengan suara tenang dan lantang dia menyampaikan duka yang sangat mendalam dan mengharapkan hal tersebut tidak akan pernah terulang.

Mediasi dilakukan. Dalam keadaan yang tidak merdeka, tim gabungan diminta untuk menandatangani ultimatum masyarakat Desa Pulau Muda. Tiga hari waktu yang diberikan molor menjadi tujuh hari.

Poin terakhir dari ultimatum tersebut menyatakan bahwa jika sampai waktu yang telah disepakati tim tidak berhasil dan masyarakat Pulau Muda membunuh harimau tersebut, maka tidak akan ada tuntutan hukum apa pun dikemudian hari.

"Akankah hukum tetap diterapkan dalam ketidakmerdekanya seseorang untuk memberikan tanda tangan? Akankah si Bonita tahu bahwa tim gabungan datang bukan untuk memburunya, tapi untuk menyelamatkannya dari kematian?"

"Dan yang lebih harus kita pikirkan bersama adalah, akankah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikan si belang datuk nan wibawa menjaga rimba di tanah Melayu? Mari Kita Selamatkan Satwa harimau Sumatera (Phantera tigris sumaterae) yang hampir punah."

"Satwa ini merupakan satu-satunya yang menjadi kebanggaan negeri ini dan merupakan tanda-tanda kebesaran Allah serta sebagai ilmu pengetahuan untuk masa depan. Pepatah Melayu mengatakan, 'Takkan Hilang Melayu di Bumi."

"Jangan sampai hilang Datuk Belang di Bumi Lancang Kuning ini. Karena Datuk Belang dan Datuk Godang yang menjaga Tanah Melayu ini," tulis BBKSDA yang dilansir di laman resminya, bbksdariau.id.

 


Kisah Mistis Beredar Seiring Perburuan Bonita

Harimau Sumatera bernama Bonita yang menerkam karyawati perkebunan sawit dan buruh bangunan berkeliaran di Desa Tanjung Simpang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (Foto: Dok. BBKSDA Riau/M Syukur)

Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, kisah mistis tersebar seiring sulitnya memburu harimau Bonita. Kisah mistis itu beredar di kalangan warga di Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sejak Bonita memakan dua korban.

Harimau Bonita tak bisa ditembak walaupun petugas sudah berada pada jarak 3 meter. Begitu juga dengan peluru bius yang pernah ditembakkan, hanya terlontar sekitar 4 meter.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, membenarkan kejadian tersebut. Haryono juga menceritakan susahya Bonita ditembak.

Kejadian pertama dialami pada Februari 2018. Saat itu, tim pencari jejak berhadapan langsung dengan Bonita dengan jarak kurang lebih 3 meter. Sempat dua jam tim di lokasi harimau Bonita dengan posisi penyerang.

Kepanikan timbul, di mana seorang anggota yang memegang senjata api berpeluru tajam terpaksa menembak karena jarak harimau Bonita sudah mengancam.

"Senjata meletus, tapi anehnya tak mengeluarkan peluru. Aneh juga memang, seharusnya keluar peluru kalau ditembakkan," terang Haryono.

Kejadian berikutnya pada Sabtu, 10 Maret 2018 ketika warga bernama Yusri diterkam. Kala itu petugas sudah membidik harimau Bonita dengan jarak tembak terukur. Senjata bius diletuskan setelah Bonita terbidik. Namun, senjata bius hanya terlontar sekitar 4 meter saja.

"Padahal, jarak tembakan itu bisa mencapai 20-30 meter," sebut Haryono.

 


Menghilang Usai Roboh Kena Peluru Bius

Petugas sempat meletuskan senjata api ke udara, tapi harimau yang diburu malah makin galak. (Foto: Dok. BBKSDA Riau/M Syukur)

Adapun dua bulan lebih memburu harimau Bonita, tim terpadu sempat berhasil menembak harimau Sumatera betina yang sudah menerkam dua warga hingga tewas di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Petugas menembak Bonita dengan senapan berpeluru bius, pada Jumat malam, 16 Maret 2018.

Hanya saja, bius yang digunakan tak terlalu lama bekerja terhadap Panthera tigris sumatrae yang disebut penduduk setempat Datuk Belang ini. Harimau Bonita cepat sadarkan diri, serta menghilang di gelapnya malam setelah masuk ke perkebunan sawit.

"Bonita usai tertembak, tidak terpantau lagi," ucap Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, saat dikonfirmasi Liputan6.com dari Kota Pekanbaru.

Pria yang dipanggil Haryono ini mengaku mendapat informasi dari petugas di lapangan. Dia menyebut harimau Bonita ditembak di kawasan Eboni. Kawasan ini merupakan perkebunan sawit yang dipasang beberapa perangkap.

Lokasi ini termasuk perlintasan harimau Bonita sesudah keluar perkampungan di Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. "Tepatnya di Jalan Poros Tengah Eboni, posisinya ditembak ketika melintas di boks 3 dan 4," tutur Haryono.

Begitu petugas menembak Bonita, bius langsung bekerja. Harimau Bonita langsung berjalan pelan dan roboh karena pengaruh bius tadi. Meski begitu, petugas tak berani langsung mendekat.

"Lokasi penembakan Bonita dengan jarak dia tertidur itu, kira-kira dua menit jalan kaki," sebut Haryono.

Tim penembak langsung menghubungi tim evakuasi. Hanya saja, mobil tim evakuasi terperosok di lumpur hingga tak bisa berjalan. Di saat petugas sibuk mengangkat mobil tadi, Bonita terbangun lagi.

Situasi di lapangan, menurut Haryono, sangat mencekam. Petugas masih waspada karena diduga Bonita masih berkeliaran. Petugas tetap bersama-sama sambil menenteng senapan bius. Harimau yang ditembak ini dipastikan Haryono adalah Bonita. Hal itu melihat kebiasaan serta pola belangnya. Apalagi, harimau ini tak takut dengan manusia.

Harimau Bonita ketika melihat petugas, langsung mendekat. Tingkah ini disebut Haryono sering dilakukan Bonita ketika melihat manusia di perkampungan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya