Bocah Pembuat 'Bom' Gagal Kantongi Ganti Rugi Rp 206 Miliar

Ahmed Mohamed sempat menjadi sorotan media dunia karena diduga menerima perlakuan diskriminatif dari pihak sekolah. Sang ayah pun menuntut ratusan miliar sebagai ganti rugi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Mar 2018, 11:30 WIB
Ahmed Mohamed (tengah), remaja asal Texas yang sempat ditahan karena jam buatannya dianggap bom mengunjungi Gedung Putih, Senin (19/10). Ahmed mendapat undangan pribadi dari Presiden Obama untuk menghadiri 'Astronomy Night'. (AFP PHOTO/Mandel NGAN)

Liputan6.com, Texas - Masih ingat dengan kasus Ahmed Mohamed? Ya, Ahmed adalah seorang bocah sempat menarik perhatian media dunia karena disangka membawa bom ke sekolahnya di Irving, Texas.

Bom yang dulu dibawa bocah berusia 14 tahun ini ternyata hanyalah jam yang ia ciptakan sendiri di rumahnya. Pihak sekolah pun sempat dikritik publik Amerika Serikat (AS) karena dianggap melakukan tindak diskriminasi ke Ahmed yang seorang keturunan Sudan.

Setelah mendapat hadiah dari Microsoft, pujian dari NASA, Google, dan Mark Zuckerberg, serta diundang Presiden Obama ke Gedung Putih, selanjutnya kisah inspiratif Ahmed berlabuh ke meja hijau dan permintaan ganti rugi sebesar $ 15 juta dollar (setara Rp 206 miliar).

Dilansir dari Ars Technica pada Senin (19/3/2018), tuntutan ganti rugi keluarga Ahmed Mohamed sayangnya tidak dikabulkan oleh pengadilan AS.

Ayah dari Ahmed menuntut sekolah, kepala sekolah, kota Irving, dan petugas polisi karena menganggap melakukan prasangka pada Ahmed.

Dalam tuntutannya, pihak polisi dituduh memberikan rasa sakit besar pada Ahmed saat melakukan penahanan, hal tersebut tidak disetujui pengadaian karena pemakaian borgol tidaklah sama dengan klaim kekerasan besar. 

Pihak kota Irving menyambut positif dengan keputusan ini. Namun sekarang, Ahmed Mohamed dan keluarganya saat ini sudah tinggal di Qatar.


Mendapat Dukungan Moril dari Obama

Ahmed Mohamed, remaja asal Texas yang sempat ditahan karena jam buatannya dianggap bom mengunjungi Gedung Putih, Washington, Senin (19/10). Ahmed mendapat undangan pribadi dari Presiden Obama untuk menghadiri 'Astronomy Night'. (AFP PHOTO/Mandel NGAN)

Presiden Amerika Serikat Barack Obama sendiri sempat mengundang Ahmed ke Gedung Putih. Ahmed membuat jam dan membawanya ke sekolah dengan harapan para guru dan teman-temannya terkesan. Namun dia malah diborgol dan digiring keluar sekolah.

Di akun Twitter-nya, Obama menyebut jam buatan Ahmed sebagai perangkat keren. Dia berkata seharusnya ada lebih banyak anak yang menyukai sains seperti Ahmed.

Pada Senin 14 September waktu setempat, Ahmed diinterogasi polisi karena jam buatannya yang ia bawa ke sekolah disangka bom rakitan.

Ahmed membawa jam itu ke sekolah dan memperlihatkannya kepada guru teknologi. Guru lain melihat jam tersebut dan mengiranya sebuah bom rakitan, lalu memanggil polisi, hingga akhirnya Ahmed ditangkap dan ditanyai polisi.

Reaksi keras bermunculan di media sosial dengan tagar #IStandWithAhmed. Ahmed akhirnya dilepaskan karena tak ada tuduhan yang dikenakan kepadanya.

"Selalu bertanya kepada siswa dan staf untuk segera melapor bila melihat ada sesuatu atau ada tingkah laku yang mencurigakan," demikian pernyataan pihak sekolah seperti dikutip BBC.

Ayah Ahmed, Mohamed Elhassan asal Sudan mengatakan, putranya, "hanya ingin membuat sesuatu yang bagus, tapi karena namanya Mohamed dan karena kejadian 11 September maka putra saya mendapatkan perlakuan tak layak."

Dewan Hubungan Amerika-Islam mengatakan kecurigaan ayah Ahmed mungkin tepat. "Saya rasa ini tidak akan dipertanyakan bila namanya bukan Ahmed Mohamed," kata Alia Salem, anggota dewan setempat. 


Pindah ke Qatar

Ahmed Mohammed, remaja muslim yang sempat ditangkap polisi di sekolahnya lantaran jam digital buatannya dikira bom. (doc.istimewa)

Ahmed juga menerima tawaran beasiswa dari Qatar Foundation or Education, Science and Community Development, dan usai menghadiri undangan Obama ke Gedung Putih, Ahmed langsung pamit untuk pindah ke Qatar.

“Ini berarti, kami sekeluarga akan pindah ke Qatar mendampingi Ahmed yang mendapatkan beasiswa penuh melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan sarjana di sana," kata keluarganya di Gedung Putih.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya