Liputan6.com, Semarang Normalisasi Banjir Kanal Timur Semarang sudah mulai dikerjakan. Harapan warga di sekitar Banir Kanal Timur untuk terbebas dari banjir saat hujan, kembali membuncah.
Dari pengerukan yang menggunakan beberapa alat berat, diperkirakan ada 2 juta meter kubik sedimen. Tanah kerukan itu dimanfaatkan untuk peninggian atau mengurug lahan di Pasar Barito Baru, Penggaron dan sekitar jalan Jolotundo. Rencananya, tanah juga akan digunakan untuk meninggikan lahan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Menurut Kepala Satuan Kerja pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Tesar Hidayat, sedimentasi di Banjir Kanal Timur Semarang sangat besar. Lahan yang tersedia barangkali tidak cukup.
Baca Juga
Advertisement
"Nanti menunggu koordinasi dengan Wali Kota, daerah mana yang bisa digunakan untuk pemanfaatan sedimentasi ini," kata Tesar kepada Liputan6.com, Senin (20/3/2018).
Pengerukan sedimentasi di sekitar jembatan Rel Kereta Api, Kemijen Semarang Timur-Jembatan Citarum dan Sawah Besar Gayamsari, hasil pengerukan ditempatkan di sekitar Pasar Waru Indah. Sedangkan pengerukan di kawasan Muara di Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara hingga Rel Kereta Api akan dimanfaatkan untuk membuat tanggul di sisi timur muara sungai.
Tesar menjelaskan bahwa jarak antara tanggul kanan dan kiri idealnya 150 meter. Ini berfungsi agar ada ruang bagi air jika kapasitas Sungai Banjir kanal Timur Semarang meningkat. Air tak langsung memasuki pemukiman.
Masalah Sosial
Sementara itu Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan bahwa secara umum pengerukan sedimentasi Banjir Kanal Timur itu dimaksudkan untuk mengatasi banjir di wilayah timur. Ia mengaku setiap musim hujan selalu mendapat keluhan warganya kebanjiran.
"Tidak ada satupun kepala daerah yang menginginkan warganya menderita karena banjir. Ini adalah langkah awal agar kawasan Sawah Besar dan sekitarnya nggak kebanjiran," kata Hendi kepada Liputan6.com.
Jika besarnya material hasil kerukan tidak bisa diakomodir, pihaknya akan mencarikan tempat-tempat yang memang butuh untuk ditinggikan. Menurut Hendi, dengan pengurugan dari hasil sedimentasi sungai, dipastikan tidak akan ada pengurugan dari bukit yang dipotong.
Selain itu, Hendi mengakui adanya masalah sosial. Baik relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di jalan Barito, hingga pemindahan warga hunian terdampak normalisasi. Masalah-masalah itu sedang dicarikan solusi yang sama-sama bisa diterima.
"Warga yang terdampak, rencananya akan kita tempatkan di Rusunawa Kudu, namun ternyata kapasitas belum cukup," kata Hendi.
Menurut hendi, Kementerian PUPR akan membangun sebuah twinblok di Rusunawa Kudu. Jika bangunan tersebut sudah jadi, bisa dimanfaatkan untuk yang belum dapat tempat.
Dari pendataan ulang, juga masih ada empat hektar lahan di daerah muara yang belum dibebaskan. Pembebasan pun akan segera dilakukan, dengan anggaran yang sudah ada. Menurutnya, anggaran pembebasan lahan, bisa dialokasikan ke beberapa tempat.
Advertisement