Liputan6.com, Jakarta Google Doodle hari ini menampilkan sosok Usmar Ismail. Salah satu tokoh paling berpengaruh di perfilman Indonesia.
Tidak banyak yang tahu tentang akhir hidupnya yang dianggap tragis. Rosihan Anwar, seorang wartawan senior dan ipar Usmar Ismail, mengatakan sang maestro meninggal di usia yang belum genap 50 tahun.
Advertisement
Dia mengira, Usmar mengalami stres akibat kerja sama Perfini dengan sebuah pembuat film Italia.
Cerita itu dia ungkapkan di tulisan persembahan untuk 75 Tahun M. Alwi Dahlan, kemenakan Usmar Ismail berjudul Di Balik Manusia Komunikasi.
Usmar pernah menulis pada surat pembaca di majalah Ekspres, 21 Desember 1970, bahwa dia dibuat kecewa oleh pihak pembuat film dari Italia.
“Untuk diketahui perlu juga kami menjelaskan bahwa dalam usaha kerja sama ini ternyata pihak Perfini telah banyak sekali dikecewakan oleh pihak Italia, terutama mengenai penyelesaian soal honorarium artis dan karyawan, soal mengenai biaya hotel yang sekarang dibebankan kepada Perfini,” tulisnya dikutip dari laman Historia, Selasa (10/3/2018).
Nama Usmar sendiri saat itu tidak dicantumkan dalam film yang diedarkan di Eropa.
Saat itu, Perfini bekerja sama dengan International Film Company dalam membuat film Adventures in Bali. Sayangnya, film tersebut terbilang gagal untuk menggaet penonton di Indonesia.
Jelang akhir hayat Usmar Ismail, bisnis yang dijalaninya memburuk. Perfini dalam keadaan kritis. Usmar bahkan harus merelakan peralatan studionya dijual demi menggaji karyawan. Tidak hanya itu, 160 karyawannya di PT Ria Sari Show & Restaurant Management di Miraca Sky Club, bisnisnya yang dirintis sejak 1967, harus dilikuidasi oleh Sarinah.
Usmar Ismail tutup usia pada 2 Januari 1971. Sebelum meninggal, tepatnya jelang pergantian tahun, dia masih sempat menyelesaikan dubbing untuk film terakhirnya berjudul Ananda dan berkumpul dengan keluarga, sahabat, dan karyawannya. Usmar Ismail meninggal karena stroke dan mengalami pendarahan di otak.
Simak juga video menarik berikut ini:
Karier Sebagai Jurnalis
Usmar Ismail lahir di Bukittinggi pada 20 Maret 1921, yang saat itu, masa Hindia Belanda, masih bernama Fort De Kock. Untuk memperoleh ilmu di bidang perfilman, Usmar Ismail melanjutkan pendidikan dari Yogyakarta ke Universitas California di Los Angeles, Amerika Serikat dan memperoleh gelar Bachelor of Arts di bidang sinematografi.
Tidak hanya aktif di bidang perfilman, Usmar Ismail juga aktif di bidang pers. Dia menjadi pendiri dan redaktur di harian Patriot dan redaktur majalah Arena di Yogyakarta. Selain itu, pada periode 1946 hingga 1947, dia pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia.
Usmar Ismail mulai dikenal luas secara internasional setelah menyutradarai film berjudul Pedjuang pada tahun 1961. Film ini ditayangkan pada Festival Film Internasional di Moskwa dan menjadi film pertama karya anak bangsa yang diputar di festival film internasional.
Advertisement