2 Bulan Lagi Puasa, Bagaimana Stok Beras?

Bulog merealisasikan impor beras sekitar 261 ribu ton dari total target impor beras 500 ribu ton per 28 Februari 2018.

oleh Bawono Yadika diperbarui 20 Mar 2018, 16:31 WIB
Pekerja beristirahat di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (15/1). Wagub Sandiaga Uno mengatakan Pemprov DKI akan selalu membeli beras Sulawesi dan Banten karena lebih memprioritaskan beras dari petani. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Bulog merealisasikan impor beras sekitar 261 ribu ton dari total target impor beras 500 ribu ton per 28 Februari 2018. Lalu bagaimana stok dan harga beras saat Ramadan yang akan berlangsung pada Mei 2018.

Direktur Utama (Dirut) Bulog, Djarot Kusumayakti menyebutkan akan operasi pasar murah untuk mengatasi sekaligus menekan harga beras di pasar. Hal ini termasuk dalam rangkaian intervensi pasar. 

"Lebaran itu bicara puasa. Makanya kemarin ini kita mulai operasi pasar. Hal ini termasuk dalam rangkaian intervensi pasar. Jadi nanti memasuki puasa, saudara-sudara kita sudah bisa tenang," tutur dia di Kantor Pusat Perum Bulog (20/3/2018). 

Djarot menuturkan, skema atau alur penggelontoran beras ini akan dilakukan tiap hari sesuai rancangan dari Bulog.

"Timelinenya tidak mingguan kita gelontorkan. Tapi setiap hari. Ini 400 ribu ton ini bisa untuk puasa. Tapi nanti kita lihat kembali. Yang pasti menurut rancangan kami dengan angka itu kita pantau cukup. Kalau pun nanti bergeser nambah atau kurang, ya kita lihat. Karena hari ini katanya panen," ujar dia.

Sebelumnya, Djarot menuturkan operasi pasar akan dilakukan untuk dua bulan ke depan dan juga untuk semua jenis kualitas beras yang ada, yakni menyesuaikan dengan pangsa konsumen di Indonesia. 

"Kami akan melakukan operasi pasar murah untuk mengisi shortir yang ada. Sudah mulai kemarin. Kami akan lepas 400 ribu ton dalam 2 bulan ke depan dengan berbagai jenis kualitas beras. Orang Indonesia macam-macam konsumsinya, ada yang kualitas bawah, medium, dan juga premium. Ini dengan harga yang dibawah pasar atau Harga Eceran Tertinggi (HET)," tutur dia.

Diketahui, stok beras RI capai 600 ribu ton termasuk dengan beras impor di dalamnya hingga kini.  "Stok digudang hari ini hampir 600 ribu ton, kemudian masih akan ada masukan-masukan stok yang ada. 600 ribu ton ini sudah termasuk dengan yang impor," ujar dia.

 

 

 


Beras Impor 219 Ribu Ton Akan Masuk Mei

Pekerja mengambil karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (15/1). Wagub Sandiaga Uno mengatakan Pemprov DKI akan selalu membeli beras Sulawesi dan Banten karena lebih memprioritaskan beras dari petani. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan sisa kuota beras impor sebanyak 219 ribu ton akan masuk ke Indonesia hingga Mei mendatang. Beras tersebut berasal dari India dan Pakistan sebanyak 20 ribu ton, sementara sisanya dari Thailand dan Vietnam.

"Untuk yang 500 ribu itu tadinya kita tetap bertahan sampai akhir Maret. Thailand dan Vietnam itu sanggup, tapi India dan Pakistan itu tetap enggak sanggup. Tapi kalau kita enggak kasih marah dia, karena kita defisitnya sudah banyak," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Senin 19 Maret 2018.

"Khusus untuk itu (India dan Pakistan) cuma 20 ribu ton, kayaknya dia sanggupnya Mei. Saya enggak tahu pertengahan atau akhir," ujar Darmin.

Beras impor tersebut nantinya akan digelontorkan ke pasaran untuk menstabilkan harga jelang momen Ramadan dan Lebaran 2018. Hal ini telah dikoordinasikan dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno, dan Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Djarot Kusumayakti dalam rapat koordinasi.

"Tadi kita tidak bicara soal panen soal yang lain-lain. Kita hanya bicara soal operasi pasar. Apa yang bisa dilakukan supaya harga ini bisa didorong terus. Apa yang harus dilakukan tentu saja kita hitung stok mereka sekarang yang terpakai dikurangi kebutuhan untuk rastra dalam bentuk beras," ujar dia.

Terkait alokasi beras impor yang bakal dipakai untuk operasi pasar, Darmin menegaskan, tidak ada komposisi detail mengenai penggunaannya. Sebab, apabila beras telah masuk ke gudang Bulog, maka tidak dapat dirinci mana yang cadangan mana yang impor.

"Jadi tidak lagi kita bedakan secara tegas berapa yang impor. Kita gunakan tergantung untuk intervensi pada beras yang lebih bagus, ya kita pakai beras impor. Beras impor itu lebih bagus walaupun harganya lebih murah," tandasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya