Liputan6.com, Semarang Kerajaan ular di bawah Semarang? Itu cerita lama. Kali ini ada horor baru yang melibatkan ular piton sebagai peran utama.
Bermula adanya suara benda jatuh di sumur rumahnya, Selasa (20/3/2018), Dina Anastasya mencoba mengecek asal suara itu. Belum lagi tiba di bibir sumur, lagi-lagi suara jatuh terdengar. Warga kampung Wonodri Krajan Semarang Selatan itu semakin penasaran.
Ia mempercepat langkahnya agar segera tiba di sumurnya. Begitu tiba, Dina kaget, seekor ular phyton besar mendesis-desis di dinding sumur dan mencoba merayap naik.
Baca Juga
Advertisement
"Awalnya biasa. Tapi kok jatuhnya berkali-kali. Kayak batu besar dilempar ke dalam sumur," kata Dina.
Melihat ular mendesis-desis, Dina langsung memberitahu para tetangga. Tak hanya itu, ayahnya yang masih berada di pasar juga dikabari. Kampung Wonodri Krajan dibuat heboh karenanya.
"Tadi waktu bapak saya datang, dia terus manggil temannya buat bantuin nangkap ular besar itu," kata Dina.
Sumur Jadi Sarang
Slamet adalah sosok yang dinanti bantuannya. Ia adalah anggota Komunitas Semarangker atau Semarang Angker. Sebuah komunitas yang menggilai hal-hal angker dan mencoba membuktikannya.
Begitu datang, Slamet yang biasa memberi pertolongan jika ada binatang liar mengganggu pemukiman warga, langsung menuju sumur. Ia turun, berusaha menangkap ular piton itu.
"Susah. Tempatnya tersembunyi. Seperti ada cekungan di dalamnya, yang sepertinya dibuat oleh ular tersebut. Kayaknya juga ularnya udah lama di sini, dia mau keluar nyari makan," kata Slamet.
Slamet tak putus asa. Ia berusaha menangkap ular itu dengan menarik ekornya. Sementara kepalanya masih bersembunyi di dalam cekungan.
Usaha Slamet berhasil. Ular ditarik. Begitu kepala ular keluar dari tempat persembunyiannya, langsung ditangkap dan mulutnya dilakban.
"Tadi lumayan lama juga. Mungkin ada kalau satu jam. Tenaganya luar biasa," kata Slamet.
Ular Piton kelaparan itu diukur, panjangnya kurang lebih 2,5 meter. Setelah tenaganya melemah, ular itu dibawa ke markas Komunitas Semarangker, di Jalan WR. Supratman, Ngemplak Simongan, Semarang Barat.
"Kami bawa dulu ke markas, kebetulan kami juga ada komunitas pecinta hewan, untuk selanjutnya mungkin diserahkan ke kebun binatang. Yang penting warga sini tenang dan nyaman dulu," kata Slamet.
Advertisement