KUR Susah Diakses, Pengrajin Wayang Mengadu ke Ida Fauziah

Kredit Usaha Rakyat yang difasilitasi Bank Jateng ternyata tak menyentuh sampai pedesaan. Anehnya, keluhan malah disampaikan ke calon wakil gubernur.

oleh Felek WahyuEdhie Prayitno Ige diperbarui 21 Mar 2018, 07:36 WIB
Calon Wakil Gubernur Ida Fauziah memperhatikan proses menatah dan menyungging wayang di kampung Kapuhan, Manyaran, Wonogiri. (foto: Liputan6.com/dok.ida/ edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Wonogiri Pengrajin wayang kulit di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri mengadu ke calon Wakil Gubernur Ida Fauziah terkait sulitnya akses Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang didukung Bank Jateng.

Tri Purnomo, salah satu dari kelompok pengrajin wayang itu menyampaikan bahwa selama ini yang tersedia adalah kredit dari bank-bank nasional.

"Itu kan bank-bank umum nasional yang sudah besar dan dari pemerintah pusat. Persyaratannya rumit. Jadi kami biasa pinjam teman jika dana mepet. Kami saling meminjam untuk kebutuhan kecil dan jangka pendek," kata Tri kepada Ida Fauziah, Selasa 20 Maret 2018.

 Ida Fauziah menyatakan, pengrajin wayang sebenarnya berpotensi menjadi penggerak ekonomi rakyat. Mereka bukan hanya memproduksi, namun juga memperbaiki jika ada wayang yang rusak.

Ida kemudian menanyakan kebutuhan para pengrajin wayang tersebut tentang keberadaan galeri sebagai ajang pamer atau koperasi sebagai solusi permodalan.

"Sampai saat ini belum ada. Jadi masih berjalan sendiri-sendiri," kata Tri menjawab pertanyaan Ida Fauziah.

 


Bisa Lebih dari Sekadar Pengrajin

Cawagub Ida Fauziah berbincang dengan para pengrajin wayang kulit di Wonogiri. (foto : Liputan6.com/dok.ida/edhie prayitno ige)

Tri kemudian menjelaskan bahwa pesanan wayang tak hanya datang dari para dalang. Para pecinta wayang juga ikut memesan. Selain untuk kolektor, ada pula yang digunakan untuk souvenir. 

"Banyak yang difungsikan sebagai kenang-kenangan bagi kawannya," kata Tri.

Ida Fauziyah menyambut bahwa pengrajin wayang, sekecil apapun harus mendapat dukungan dan ruang berusaha. Apalagi pembuatan wayang butuh ketrampilan dan ketelitian yang luar biasa. Belum lagi jika bicara persoalan pelestarian seni.

"Jika ada 100 pengrajin, kemudian setiap pengrajin memiliki minimal 5 tenaga kerja, jelas sudah kurangi angka pengangguran," kata Ida.

Ida kemudian menyebutkan bahwa para pengrajin itu butuh pendampingan, permodalan, juga kesempatan perluasan pasar. Kampung itupun bisa menjadi sebuah kampung wisata yang menjual keunikan dan keistimewaan pembuatan wayang.

"Ini potensi sangat serius. Harus didukung," kata Ida.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya