Tanggapan Dinkes Riau soal Temuan Cacing Pita dalam Kaleng Sarden

Warga diminta jeli dan pintar saat membeli makanan kemasan, termasuk sarden kalengan, apalagi jika diberikan secara gratis.

Oleh RiauOnline.co.id diperbarui 21 Mar 2018, 11:31 WIB
Ilustrasi sarden (Foto: Fratique.fr)

Indragiri Hilir - Warga Kabupaten Meranti dan Indragiri Hilir dihebohkan penemuan cacing pita dalam kemasan kaleng sarden, beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir mengungkapkan ada banyak faktor yang menyebabkan cacing masuk dalam kemasan makanan. Menurut dia, selain proses pengemasan yang tidak baik, buruknya sanitasi juga dapat menimbulkan munculnya cacing dalam kemasan makanan kaleng.

"Bisa saja itu dari pengolahannya yang kurang bersih, buruknya sanitasi atau bisa saja itu telah kadaluarsa," katanya Riauonline.co.idSenin, 19 Maret 2018.

Selain itu, tempat penyimpanan juga turut memengaruhi kondisi makanan yang ada di dalam kaleng. Apalagi dengan suhu udara yang buruk, akan semakin mempermudah munculnya bakteri.

"Penyimpanan juga memengaruhi. Kalau tidak sesuai penyimpanannya, panas, dingin kemudian panas dan dingin lagi, bisa saja sarden itu berulat," dia menjelaskan.

Untuk itu, Mimi mengharapkan masyarakat harus lebih berhati-hati lagi sebelum mengonsumsi makanan cepat saji apalagi makanan yang berada di dalam kemasan.

"Masyarakat harus jeli dan smart dalam memilih makanan kaleng. Sebelum membeli, kita harus lihat semuanya. Kita lihat fisiknya sebelum membeli, kalau bagus cek kedaluwarsanya. Kalau itu semua telah terpenuhi, dalam memasak juga kita harus jeli. Dari bau sampai warna juga turut diperhatikan," jelasnya.

"Sarden itu harus ditarik dari peredaran sesuai dengan tanggal kedaluwarsanya dan tidak boleh lagi dijual di pasaran," kata dia.

 

Baca berita menarik lainnya dari Riauonline.co.id di sini.


Sanksi Tegas

Ilustrasi ikan sarden tangkapan nelayan. (Sumber Pixabay)

Wakil Ketua DPRD Riau, Kordias Pasaribu meminta seluruh pihak agar lebih berhati-hati dengan peredaran makanan palsu dan kedaluwarsa di pasar.

"Ini kan keterbatasan BPOM untuk memastikan barang tersebut aman dikonsumsi. Apalagi yang di luar Pekanbaru, ini kan jauh dari jangkauan BPOM. Di Dumai saja ada banyak ditemukan makanan asal Malaysia yang tidak memenuhi standar kesehatan," ungkapnya, Selasa, 20 Maret 2018.

Kordias mengatakan ada tiga unsur yang harus memberikan perhatian kepada kasus ini, mulai dari pemerintah, pedagang, dan masyarakat.

"Pemerintah sebagai pengawas harus teliti dan harus memberikan sanksi tegas kepada pedagang yang melanggar ketentuan, seperti menjual barang yang sudah expired. Memang iya katanya, tapi selama ini kan hanya disita barangnya saja, bukan orangnya," jelasnya.

Selain itu, menurutnya penjual makanan harus diberikan pembekalan dan diawasi secara ketat oleh pemerintah terlebih kepada pedagang di desa-desa.

"Lalu kepada masyarakat, jangan mentang-mentang dikasih murah atau gratis mau saja, itu patut dicurigai. Ingatlah, banyak uang kita yang akan keluar kalau kita sudah sakit," tuturnya.

Lebih lanjut, Kordias juga menilai peredaran makanan palsu seperti sarden yang ada cacing pita beberapa waktu lalu lebih berbahaya dibandingkan bahaya narkoba.

"Kalau narkoba itu identik dengan orang nakal, tapi kalau makanan ini orang baik pun bisa kena. Kasihan kan kalau orang-orang di kampung ini, apalagi layanan puskesmas mereka kurang maksimal," paparnya.

Untuk itu, Kordias meminta seluruh pihak terutama pihak keamanan di laut dan Bea Cukai untuk lebih aktif lagi dalam mengawasi barang-barang yang masuk ke Indonesia.

"Narkoba saja bisa lewat, apalagi barang-barang palsu seperti sarden yang ada cacing pita itu. Saya yakin 100 persen itu masuknya lewat pintu masuk air. Seperti selat panjang itu," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya