Pekerjaan yang Bakal Hilang dan Tumbuh hingga 2020

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri memprediksi jenis pekerjaan yang bakal hilang dan tumbuh imbas dari era digitalisasi.

oleh Septian Deny diperbarui 21 Mar 2018, 10:45 WIB
Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri saat acara “Learning Innovation Summit 2018” yang digelar Ruangguru.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan, dampak era digitalisasi dan bonus demografi  akan menyebabkan hilang dan munculnya sejumlah peluang pekerjaan baru. 

Untuk mengantisipasi hilangnya sejumlah pekerjaan akibat perkembangan teknologi informasi, pihaknya menyiapkan pemetaan menyangkut sektor pekerjaan yang bakal tumbuh dan menyusut 15 tahun ke depan.

“Intinya perubahan industri sebagai akibat revolusi teknologi informasi harus diantisipasi secara cepat karena di satu sisi menciptakan peluang kerja baru. Tapi di sisi lain juga membunuh pekerjaan yang lama,“ ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Adapun sejumlah pekerjaan yang akan meningkat pada 2017-2020 di antaranya adalah trainer, perawat, manajer keuangan, pengacara, agen penjualan, analis, terapis fisiologis, penasihat keuangan, SDM, perawat, dokter, programmer dan layanan berita reguler.

Sedangkan sejumlah pekerjaan yang menurun, yakni manajer administrasi, mekanis, tukang cetak, pengantar surat, sopir, petugas ekspedisi, pekerja pabrik, operator, mesin jahit, perangkat komunikasi dan radio.

 


Selanjutnya

Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri saat acara “Learning Innovation Summit 2018” yang digelar Ruangguru.

Sementara pada 2021-2025, pekerjaan terkait pemeliharaan dan instalasi, mediasi, medis, analis data, manajer sistem informasi, konselor vokasi, analis dampak lingkungan akan tumbuh.

Sebaliknya, pekerjaan yang akan turun adalah resepsionis, tukang kayu, disain tiga dimensi, pengolah semikonduktor, teller bank, travel agents, juru masak fast-food dan operator mesin.

Selanjutnya, untuk periode 2026-2030, jenis pekerjaan yang akan tumbuh, yaitu perancang, pemrograman kecerdasan buatan, perancang dan pengendali mesin otomasi, perancang sofware dan game online.

“Tapi jenis pekerjaan ahli las, staf akuntan, operator mesin, sopir truk dan ahli mesin mulai tersingkir. Padahal, jumlah sopir truk kita ada sekitar 6 juta,“ kata dia.

Namun demikian, Hanif mengajak semua pihak optimistis menghadapi revolusi industri yang terjadi saat ini. “Masalahnya tinggal apakah survive di negara kita lebih cepat dari negara lain atau tidak. Karena itu kuncinya selain terletak pada kualitas, juga speed,“ ujar dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya