WHO Puji Program Eliminasi Kusta di Sigi

Berhasil menurunkan jumlah pasien kusta, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tenggara, mendapatkan pujian dari Duta WHO untuk Eliminasi Kusta, Yohei Sasakawa.

oleh Nilam Suri diperbarui 21 Mar 2018, 13:00 WIB
Bupati Sigi Muhammad Irwan Lapata, S.sos, Msi mengatakan pencapaian eliminasi kusta yang berhasil diraih wilayahnya ini berkat peningkatan pelayanan dasar. (Foto: Liputan6.com/Nilam Suri)

Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Sigi, Sulawesi Tenggara, mendapatkan pujian dari Duta WHO untuk Eliminasi Kusta, Yohei Sasakawa. Kabupaten yang terletak satu jam dari Kota Palu ini berhasil menurunkan jumlah pengidap TB secara signifikan. Kini, Sigi tengah berusaha menurunkan jumlah pasien kusta di wilayah mereka.

dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, dari Direktorat Penyakit Kronis Menular Langsung Seksi Kusta Kementerian Kesehatan RI mengatakan saat pertemuan bersama Bupati Sigi dan WHO mengatakan, program-program pengeliminasian kusta di Sigi patut dicontoh. Hal ini disampaikannya dalam pertemuan di Kantor Bupati Sigi, ditulis Rabu (21/3/2018).

Bupati Sigi Muhammad Irwan Lapata, S.sos, Msi mengatakan pencapaian yang berhasil diraih wilayahnya ini berkat peningkatan pelayanan dasar.

"Dalam setiap kecamatan atau desa, terjadi peningkatan pelayanan yang baik. Dalam hal ini dari segi biaya, yaitu nol rupiah. Artinya pelayanan kesehatan gratis untuk seluruh masyarakat," jelas Irwan kepada Health-Liputan6.com.

Ada tiga faktor lain, menurut Irwan, yang mendukung keberhasilan kabupatennya menurunkan tren penyakit kusta. Yaitu: kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sudah ada, pelayanan puskesmas baik, dan program secara terstruktur sudah dilakukan.

 

 


Banyak area sulit dijangkau

Sesi pertemuan Bupati Sigi dan WHO. (Foto: Liputan6.com/Nilam Suri)

Namun, Irwan juga menekankan, wilayahnya memiliki kesulitan tersendiri karena banyak area yang sulit dijangkau. Sigi, seperti juga Palu, memang dikelilingi oleh pengunungan dan perbukitan. Hal ini membuat akses menuju beberapa desa sangat sulit dan terbatas.

"Dulu, kalau ada ibu mau melahirkan, harus dibawa menggunakan tandu. Karena aksesnya susah. Banyak itu kejadian ibu melahirkan meninggal. Jaraknya tidak dekat, bisa sampai ratusan kilo!" jelasnya. Ini karena, beberapa desa di Sigi terletak di beberapa pegunungan.

Hal yang sama juga terjadi untuk urusan membawa jenazah. Walau kini akses ke beberapa tempat telah diperbaiki, masih banyak area terpencil yang susah dijangkau.

Irwan menginginkan setiap puskesmas di wilayahnya terisi. Kini banyak puskesmas itu yang kosong, tidak memiliki dokter. "Hanya perawat dan bidan saja."

Irwan mengatakan, dalam penyebaran dokter, wilayahnya sering dilewatkan karena dianggap kurang terpencil. Padahal beberapa desa masih sangat sulit diakses dan tidak memiliki tenaga kesehatan yang layak.

"Sekarang sudah lebih baik, dalam arti bisa bawa ibu mau melahirkan pakai motor, sudah tidak perlu ditandu lagi."

Kesulitan akses ini bisa mengambat peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan di Sigi.

"Jadi tolonglah, kepada pemerintah, kami ini juga diperhatikan. Jangan Papua saja," harap Irwan.


Mendulang pujian

Pertemuan Bupati Sigi dengan Duta Kusta dari WHO Yosei Sasakawa. (Foto: Liputan6.com/Nilam Suri)

Walau begitu, dengan segala akses yang terbatas, Sigi tetap berhasil melakukan peningkatan dan mendulang pujian.

"Inovasi di Sigi patut dicontoh. Walau belum sempurna tapi sudah membuat terobosan," kata dr. Tiara tentang pengeliminasian kusta.

Sementara itu, Yohei Sasakawa menyarakankan, untuk semakin meningkatkan tren baik yang sudah berlangsung, petugas kesehatan bisa melakukan edukasi tentang kusta pada guru-guru. Guru-guru ini nantinya akan menyebarkan informasi pada murid-murid mereka, sekaligus membantu mengecek bercak.

Murid-murid, ketika pulang ke rumah bisa mengecek bercak anggota keluarga mereka. "Libatkan semua anak-anak di Sigi," himbau Sasakawa.

"Kami akan segera membentuk tim khusus. Insyaallah minggu depan dikumpulkan," jawab Irwan.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya