Abu Stephen Hawking Disimpan di Dekat Makam Newton dan Darwin

Abu Stephen Hawking akan disimpan di Westminster Abbey London, berdekatan dengan makam ilmuwan dunia lain, yakni Sir Isaac Newton dan Charles Darwin.

oleh Citra Dewi diperbarui 21 Mar 2018, 13:30 WIB
Ilmuwan terkemuka Stephen Hawking beraktivitas di kantornya di The Centre for Mathematical Sciences, University of Cambridge, London, Inggris, 14 Desember 2011. Stephen Hawking meniggal dunia di usia 76 tahun. (AFP PHOTO/LONDON SCIENCE MUSEUM/SARAH LEE)

Liputan6.com, London - Abu dari fisikawan kenamaan asal Inggris yang tutup usia pada 14 Maret lalu, Stephen Hawking, akan disimpan di Westminster Abbey, London. Letaknya berdekatan dengan makam ilmuwan dunia lain, yakni Sir Isaac Newton dan Charles Darwin.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Westminster Abbey pada Selasa, 20 Maret 2018, Pendeta Dr John Hall sekaligus Ketua Westminster Abbey mengatakan, hal tersebut merupakan sebuah bentuk penghargaan kepada Stephen Hawking yang tutup usia pada 76 tahun.

"Kami meyakini sains dan agama merupakan hal yang sangat penting untuk menjawab misteri besar kehidupan dan alam semesta," ujar Hall dalam pernyataan tersebut.

Ilmuwan penemu hukum gravitasi, Isaac Newton, dimakamkan di Westminster Abbey pada 1727. Satu setengah abad kemudian, yakni pada 1882, Charles Darwin dimakamkan di tempat yang sama.

 

Saksikan Video Wafatnya Stephen Hawking di Bawah Ini:


Kiprah Hawking

Foto pada tanggal 09 Desember 2014, aktor Inggris Felicity Jones dan Eddie Redmayne berfoto bersama ilmuwan Inggris Stephen Hawking dalam pemutaran perdana film 'The Theory of Everything' di London. (AFP Photo/Justin Tallis)

Hawking lahir di Oxford, Inggris, pada 1942, bertepatan dengan 300 tahun kematian astronom dan fisikawan Galileo Galilei.

Sementara itu tanggal kematiannya, 14 Maret, bersamaan dengan hari ulang tahun fisikawan kenamaan Albert Einstein, yang lahir pada 14 Maret 1879.

Bersama dengan fisikawan Roger Penrose, Hawking menggabungkan teori relativitas Einstein dengan teori kuantum untuk menunjukkan bahwa ruang dan waktu berawal dari Big Bang dan berakhir dengan lubang hitam.

Ia juga memublikasikan buku populer yang memungkinkan pembaca awam untuk turut menguak misteri alam semesta. Buku tersebut, "A Brief History of Time", terjual lebih dari 10 juta kopi.


Menderita ALS

Ilmuwan terkemuka Stephen Hawking duduk di ruang kerjanya di The Centre for Mathematical Sciences, University of Cambridge, London, Inggris, 30 Agustus 2012. (AFP PHOTO/VICE PRESIDENCY OF ECUADOR/Guillermo Granja)

Hawking menyelesaikan sejumlah karya spektakulernya di tengah keterbatasan. Pada 1963, ia didagnosis menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit neurodegeneratif yang membuat saraf motoriknya terganggu.

Meski penyakitnya membuat lumpuh, Hawking mengatakan bahwa ia terus berupaya untuk tidak membuat hidupnya terpengaruh akan penyakit tersebut.

"Aku berusaha menjalani hidup senormal mungkin, dan tak memikirkan kondisiku, atau menyesali hal-hal yang sebenarnya bisa aku cegah, yang sebenarnya tidak banyak," tulis Hawking dalam website-nya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya