Htin Kyaw, Presiden Myanmar Mundur dari Jabatan

Alasannya mundur diri Presiden Myanmar, Htin Kyaw, tak disebutkan. Namun, dugaan sementara adalah masalah kesehatan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 21 Mar 2018, 12:59 WIB
Htin Kyaw, bersama Aung San Suu Kyi. Foto diambil pada 15 Oktober 2017 (AUNG HTET / AFP)

Liputan6.com, Naypyidaw - Presiden Myanmar Htin Kyaw mengundurkan diri jabatannya. Kabar itu diumumkan oleh kantor sang presiden.

Tidak ada alasan yang diberikan, namun ada kekhawatiran yang berkembang dalam beberapa bulan terakhir, adalah masalah kesehatan presiden berusia 71 tahun itu. Apalagi belakangan, Presiden Myanmar itu terlihat tampak lemah dalam acara-acara resmi negara tersebut.

Htin Kyaw menjadi presiden pada 2016 setelah pemilihan umum bersejarah usai puluhan tahun kepemimpinan militer di Myanmar. Demikian, seperti diuktip dari BBC pada Rabu (21/3/2018).

Meski demikian, pada dasarnya, Htin Kyaw adalah pemimpin seremonial belaka. Karena, secara de facto, Aung San Suu Kyi dianggap presiden Myanmar.

Suu Kyi sejatinya dipenjara bertahun-tahun di bawah junta militer. Ia dilarang jadi pemimpin.

Sebuah klausul dalam undang-undang dasar - yang secara luas dilihat sengaja dirancang untuk menjauhkan Suu Kyi dari jabatan - menyatakan bahwa tidak seorang pun di Myanmar yang memiliki anak berkewarganegaraan lain boleh jadi presiden.

Suu Kyi memiliki dua anak dari almarhum suaminya yang berkebangsaan Inggris.

Htin Kyaw adalah teman masa kecil Suu Kyi, penasihat lama dan kadang-kadang jadi supirnya. Pria 71 tahun itu adalah sosok pendiam, bisa diandalkan, dan seseorang yang bisa Suu Kyi percaya sepenuhnya.

Pernyataan dari kantor presiden tersebut mengatakan bahwa seorang presiden baru akan dipilih dengan tujuh hari.

Pernyataan kantor presiden Myanmar juga menambahkan, Wakil Presiden Myint Swe, mantan jenderal militer akan bertindak sebagai presiden sampai kemungkinan pemilu.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:


Citra Rusak Akibat Rakhine

Anak-anak pengungsi Rohingya mengikuti kegiatan belajar di sebuah sekolah darurat di kamp pengungsian di Teknaf, Bangladesh, 8 Oktober 2017. Sekelompok relawan mendirikan sekolah dan zona khusus untuk membantu bocah-bocah tersebut. (MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi menang telak dalam pemilihan yang diadakan pada bulan November 2015.

Namun kepemimpinan terhambat oleh sejumlah isu semenjak alih kekuasaan. Yang paling mencoreng citra Suu Kyi dan partainya adalah krisis di negara bagian Rakhine.

Puluhan ribu migran Rohingya yang tanpa kewarganegaraan telah melarikan diri ditengah-tengah penumpasan militer yang dipicu oleh serangan mematikan terhadap kantor polisi.

Pemerintah mengatakan pihaknya menargetkan gerilyawan, tetapi skala operasi telah menggiring tuduhan genosida.

Kasus Rohingya juga membuat popularitas Suu Kyi menurun, dan dia semakin terisolasi oleh mantan sekutu internasionalnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya