Liputan6.com, Jakarta - Hari tanpa bayangan dialami sebagian wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Fenomena tersebut terjadi karena Matahari akan melintas tepat berada di atas garis ekuator (khatulistiwa) atau equinox.
Menurut pernyataan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) RI yang diunggah ke akun Facebook-nya, pada 21 Maret 2018 Matahari akan berada tepat di atas ekuator (khatulistiwa).
Advertisement
Dalam posisi tersebut, Matahari akan bersinar lebih terik sehingga siang akan terasa lebih panas.
Sejumlah orang pun antusias untuk membuktikan fenomena hari tanpa bayangan yang jarang terjadi tersebut. Namun, ada beberapa dari mereka yang kecewa karena ternyata mereka masih melihat bayangan diri mereka sendiri atau benda-benda di sekitarnya.
Kok bisa ya masih ada bayangan di hari tanpa bayangan?
Penjelasan...
Menurut LAPAN, hari tanpa bayangan 21 Maret hanya akan dapat dinikmati bagi mereka yang tinggal di dan dekat garis khatulistiwa. Hal tersebut pun tak berlangsung sepanjang hari.
"Dengan demikian, saat tengah hari, apabila seseorang berada di wilayah khatulistiwa, maka Matahari akan berada hampir tepat di atas kepala. Hal ini mengakibatkan tidak adanya bayangan."
Selain itu, benda yang tidak memiliki bayangan hanyalah obyek yang berdiri tegak.
Berdasarkan penjelasan Rhorom Priyatikanto dari Pusat Sains Antariksa LAPAN, pohon rindang akan tetap memiliki bayangan. Sebelum dan setelah tengah hari, obyek yang berdiri tegak pun akan kembali memiliki bayangan.
Advertisement