Skandal Kebocoran Data Facebook

Sekitar 50 juta data pengguna Facebook diduga bocor dan disalahgunakan untuk kepentingan politik oleh Cambridge Analytica (CA).

oleh Edmiraldo Siregar diperbarui 22 Mar 2018, 09:05 WIB
banner grafis skandal kebocoran data Facebook (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Firma Cambridge Analytica (CA) diduga terlibat dalam kebocoran data 50 juta pengguna Facebook. Mereka dituding menggunakan data curian untuk mempengaruhi pengguna Facebook untuk memilih Donald Trump pada Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2016.

Caranya dengan mengembangkan teknik untuk mencuri data Facebook melalui kuis kepribadian bertajuk "This Is Your Digital Life". Kuis ini menggunakan algoritma yang secara personal memprofil dan menargetkan pengguna yang berada di usia pemilih.

CA merupakan perusahaan yang dimiliki oleh miliarder teknologi bernama Robert Mercer. Salah satu jajaran direksinya yakni Steve Bannon dilantik sebagai penasihat Trump.

Namun, CA membantah tuduhan pencurian data itu. Mereka mengaku tidak pernah menggunakan data Facebook ketika Pilpres AS 2016.

Selengkapnya seputar kebocoran data Facebook dapat dilihat dalam Infografis di bawah ini:

Infografis skandal kebocoran data Facebook

Ajakan Menghapus Facebook

Pada tahun 2009, Brian Acton rupanya pernah melamar pekerjaan di perusahaan jejaring sosial ternama Facebook dan Twitter namun ditolak.

Skandal kebocoran data Facebook ini pun berbuntuk pada ajakan untuk menghapus media sosial tersebut. Salah satunya dengan naiknya popularitas tanda pagar (tagar) #DeleteFacebook di Twitter sejak Selasa 20 Maret 2018.

Tagar tersebut pertama kali dicuitkan oleh seorang pendiri WhatsApp Brian Acton. Dia menulis "it is time #deletefacebook" atau "ini saatnya menghapus Facebook" pada akun Twitter @brianacton.

Kicauan yang diunggah oleh Acton itu dianggap penting mengingat posisi WhatsApp sebagai aplikasi berkirim pesan terbesar di dunia saat ini. Penjualannya ke Facebook pada 2014 lalu bernilai fantastis, yakni mencapai hampir US$ 19 miliar, atau sekitar Rp 261 triliun.


Facebook Buka Suara

CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Eric Risberg, File)

Facebook akhirnya buka suara mengenai apa yang sedang dilakukan dua pimpinannya, Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg setelah munculnya laporan penyalahgunaan data pengguna oleh Cambridge Analytica. Keduanya disebut, sedang fokus mengatasi masalah yang melibatkan data puluhan juta pengguna Facebook.

"Mark, Sheryl dan tim mereka bekerja sepanjang waktu untuk mengumpulkan fakta dan mengambil langkah yang tepat ke depannya, karena mereka menganggap masalah ini serius," kata pihak Facebook dalam pernyataannya yang dikutip dari The Verge, 21 Maret 2018.

Pemilik WhatsApp dan Instagram itu juga menegaskan komitmennya untuk melindungi data semua orang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya