Reliance Sekuritas Incar Karyawan Jadi Investor

Reliance Sekuritas bersama PT Chitose Internasional Tbk bersepakat mendirikan galeri investasi emiten untuk menyasar edukasi pasar saham kepada para karyawan.

oleh Nurmayanti diperbarui 21 Mar 2018, 19:15 WIB
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Reliance Sekuritas Indonesia bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menggencarkan edukasi pasar saham ke masyarakat. Usai mengincar mahasiswa dan generasi milenial, Reliance kini menggandeng perusahaan untuk bersinergi demi menggenjot investor pasar modal semakin meningkat.

Reliance juga mendirikan galeri investasi di pasar tradisional, antara lain pasar Cikurubuk, Tasikmalaya.

Reliance Sekuritas bersama PT Chitose Internasional Tbk bersepakat mendirikan galeri investasi emiten untuk menyasar edukasi pasar saham kepada para karyawan. 

Direktur Utama Reliance Sekuritas, Anita, menyampaikan, pendirian galeri investasi emiten dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang pasar modal kepada masyarakat umum, terutama terhadap para karyawan dari perusahaan tercatat, dalam hal ini PT Chitose Internasional.

“Kali ini kami bekerjasama dengan PT Chitoses Internasional, dan BEI, untuk memberikan pemahaman tentang pasar modal khususnya kepada karyawan. Sekaligus juga mendorong para karyawan mengikuti program Yuk Nabung Saham," ujar dia di Jakarta, Kamis (21/3/2018).

Galeri investasi emiten diresmikan Direktur BEI Nicky Hogan, Direktur Utama Chitose International Dedie Suherlan, Direktur Utama PT Reliance Sekuritas Anita dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat merangkap Plt Kepala Biro Sarana Perekonomian, Investasi dan BUMD Mohamad Arifin Soedjayana, Wakil Walikota Kabupaten Bandung Barat Letkol (Purn) Ngatiyana, dan OJK Regional 2 Jawa Barat Tjandra Nyata Kusuma.

"Dalam peresmian tersebut, Wakil Walikota Letkol (Purn) Ngatiyana menjadi nasabah pertama di galeri investasi PT Chitoses Internasional Tbk," ucap Anita.

Dia menjelaskan, sama seperti galeri di kampus, kehadiran galeri investasi emiten ini diharapkan dapat memfasilitasi para karyawan untuk mendapatkan informasi mengenai pasar modal.

Serta dapat menjadi pelopor bagi emiten lain untuk dapat mengimplementasikan program Yuk Nabung Saham bagi karyawannya serta mendirikan galeri investasi BEI emiten lainnya.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Sriwidjaja Rauf menambahkan, tujuan pendirian galeri di emiten memiliki konsep sama dengan model galeri di kampus maupun di pasar tradisional. Mengingat galeri investasi berlokasi di lingkungan emiten maka fokus utamanya kepada karyawan yang ada dalam lingkungan emiten.

"Ke depan, BEI memang ingin emiten-emiten yang lainnya buka galeri seperti ini. Untuk pendirian galeri di emiten ini, RELI menjadi pilot proect-nya," ucap Sriwidjaja.

Kerjasama tersebut, juga merupakan bagian dari strategi bisnis Reliance untuk memperbesar investor ritel. Apalagi selama ini Jawa Barat memiliki kontribusi cukup besar bagi Reliance dari sisi transaksi dan jumlah investor.

Kata Sriwidjaja, peluang Jawa Barat  sekitarnya sangat bagus untuk peningkatan jumlah investor.  Ini terlihat dari jumlah cabang dari PE cukup banyak. Untuk Reliance sendiri cabang Bandung mempunyai kontribusi yang cukup besar.

"Kami memang punya target khusus agar jumlah investor ritel lokal semakin meningkat,” jelas Sriwidjaja.

Yang pasti, ditegaskan Sriwidjaja, langkah dan strategi Reliance mengebut investor ritel,  seiring sejalan dengan Otoritas Jasa Keuangan yang memang tengah fokus mendorong semakin banyak investor masuk ke pasar modal.Edukasi, literasi dan inklusi yang dijalankan Reliance sesuai program nasional OJK dan akan di jalankan secara paralel di semua daerah.


Investasi Saham Masih Menarik pada 2018

Pasar saham Indonesia mencatatkan kinerja gemilang sepanjang 2017. Tercatat pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 19,99 persen. IHSG pun mencetak rekor tertinggi di 6.355. Sejumlah sektor saham membukukan keuntungan besar, antara lain sektor saham keuangan, industri dasar, dan konsumsi.

Lalu bagaimana prospek saham di Indonesia pada 2018? Apa saja sektor saham yang masih menarik untuk dicermati investor?

Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia, Teddy Oetomo menuturkan, investasi di saham masih menarik pada 2018. Adanya optimisme pemulihan ekonomi global sehingga berdampak ke pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi katalis positif. Dana Moneter Internasional atau IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 3,6 persen pada 2018.

"Kalau misalnya setuju pandangan ekonomi tidak cuma Indonesia, tetapi dunia arahnya pertumbuhan lebih baik otomatis akan menarik di saham. Saham tergantung dari laba bersih yang didorong pertumbuhan ekonomi. Angka konsensus pertumbuhan laba bersih 13 persen," ujar Teddy saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (2/1/2018).

Oleh karena itu, Teddy menuturkan, prospek investasi saham tergantung dari kemampuan fundamental ekonomi Indonesia. Apabila pertumbuhan ekonomi positif diharapkan dapat dorong pertumbuhan kinerja emiten sekitar 13 persen pada 2018.

Meski demikian, Teddy mengingatkan soal valuasi saham di Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata price earning share (PER) sekitar 15,2 kali pada 2017.

"Saat ini kita berdasarkan PE rasio harga dibandingkan laba bersih 15,8-16. Rasanya untuk berpikir valuasi multiple akan sulit. Kenaikan harga saham ditopang valuasi multiple dan laba bersihnya naik. Laba bersih tahun depan naik 20 (persen) sulit," ujar Teddy.

Namun, Teddy menuturkan, valuasi saham Indonesia tidak terlalu mahal dan murah ketimbang negara memiliki karakter ekonomi mirip Indonesia, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Untuk sektor saham, Teddy memilih sejumlah sektor saham antara lain sektor konsumsi, infrastruktur, bank, dan komoditas. Akan tetapi, pertumbuhan sektor saham itu juga melihat dari daya beli masyarakat.

"Sektor konsumsi menarik, jangan hanya terlalu patok ke ritel. Sektor konsumsi juga bisa dari produsen. Kemudian perusahaan yang terafiliasi dengan infrastruktur secara proyek mungkin menarik. Bank juga dengan membaiknya kredit macet. Lumayan tersebar cukup luas," kata Teddy.

Di sektor saham konstruksi, Teddy memprediksi kemungkinan kinerjanya akan membaik ditopang proyek-proyek yang berjalan. Namun ia mengingatkan untuk mewaspadai level utang lantaran sektor ini juga intensif memerlukan modal untuk kerjakan proyek.

"Bobot utang diwaspadai. Prefer level utang tidak terlalu tinggi. Karena utang terlalu tinggi risiko makin besar. Paling baik cari perusahaan konstruksi dengan utang tidak terlalu tinggi," jelas dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya