Retakan Besar di Kenya, Benua Afrika Terbelah Dua?

Retakan besar terjadi di Kenya, Afrika Timur. Benarkah benua Afrika terbelah dua?

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Mar 2018, 09:36 WIB
Great Rift Valley di Kenya, Afrika Timur. (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Nairobi - Kenya perlahan-lahan membelah diri dari benua Afrika. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya bukti baru, yaitu retakan besar yang terjadi di Great Rift Valley, kata ahli geologi setelah adanya pergerakan hebat pada Senin pagi, 19 Maret 2018. Akibatnya, celah curam tercipta di Narok County.

Great Rift Valley adalah dataran rendah berbentuk linear di benua Afrika, yang terletak di antara beberapa dataran tinggi atau pegunungan, dan terbentuk akibat keretakan geologis atau patahan.

Retakan tersebut bahkan membelah jalan raya tersibuk di Kenya, tepatnya di Mai Mahiu-Narok. Kedalaman retakan mencapai 50 kaki, dengan lebar 20 meter. Kata para ilmuwan, tempat ini hanyalah satu dari ratusan titik rentan di sekitar Great Rift Valley.

Mereka menambahkan, dengan adanya fenomena geologi ini, empat negara yang berada di Tanduk Afrika (Horn of Africa) -- Somalia, setengah dari Ethiopia, Kenya dan Tanzania -- diperkirakan akan terpisah dari Afrika untuk membentuk benua baru.

Benua ini disebut sebagai Lempengan Somalia (Somali Plate) dan akan terbentuk utuh sekitar 50 juta tahun lagi, menurut media lokal All East Africa, Rabu (21/3/2018).

 


Aktivitas Geologi

Peta Afrika. (Wikimedia)

Di kawasan Great Rift Valley, terdapat aktivitas geologis paling aktif. Terlebih, gunung berapi perisai Suswa berada di dasar lembah.

"Lembah ini memiliki sejarah aktivitas tektonik dan gunung berapi," kata ahli geologi David Adede.

"Sementara keretakan itu tidak aktif secara tektonik di masa lalu. Mungkin ada gerakan yang jauh lebih hebat di dalam kerak Bumi, yang mengakibatkan zona rentan (zone of weakness) meluas sampai ke permukaan."

Zona-zona rentan ini membentuk garis patahan dan celah yang biasanya diisi oleh abu vulkanik, kemungkinan besar berasal dari Gunung Longonot.

Menurut para ilmuwan dari New Mexico Institute of Mining and Technology, retakan besar tersebut membagi Afrika menjadi dua lempeng tektonik.

Lempeng pertama adalah lempeng Nubia yang mencakup sebagian besar benua, sedangkan lempeng kedua adalah lempeng Somalia dengan luas wilayah lebih kecil. Ilmuwan memperkirakan, lempeng Somalia telah bergeser sejauh 2,4 sentimeter per tahun dari lempeng Nubia.

Sementara itu, lempeng tektonik diketahui hampir tak pernah diam. Lempeng ini saling bertabrakan satu sama lain. Lempeng tektonik juga dapat bergerak secara terpisah.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya