Liputan6.com, Menlo Park - Tak semua perusahaan teknologi bisa berdiri kokoh. Friendster, ambil contoh, media sosial yang sempat populer di era 2000-an ini, malah tenggelam begitu saja.
MySpace juga demikian. Media sosial tersebut begitu digandrungi pencinta musik, sampai akhirnya hanya tinggal nama.
Lantas, bagaimana dengan Facebook? Selama hampir 14 tahun, raksasa media sosial asal Menlo Park, Amerika Serikat (AS) tersebut terus berdiri tegak. Meski banyak masalah yang menimpa, Facebook bisa mengatasinya.
Baca Juga
Advertisement
Namun, masalah terbaru yang dialami perusahaan belum lama ini tampaknya bisa dibilang paling parah di sepanjang sejarahnya.
Ya, data pengguna Facebook sempat 'bocor' dan disalahgunakan. Ada 50 juta data pengguna yang dimanfaatkan untuk kepentingan Pilpres AS.
Akibatnya, sentimen negatif masyarakat dengan Facebook langsung meningkat. Tak cuma itu, nilai kekayaan bos Facebook Mark Zuckerberg turun sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 68,7 triliun pada hari Senin. Sejak itu, kerugian Zuckerberg terus menurun hingga Rp 123 trilun.
Melihat kerugian ratusan triliun ini, tentu ada asumsi yang menyangsikan Facebook kian terpuruk. Apalagi, seperti dilansir Reuters, Kamis (22/3/2018), belum lama ini Facebook juga diadang tantangan. Tercatat, semakin banyak pengguna sedikit menghabiskan waktunya di media sosial tersebut.
Dalam laporan kuartal IV 2017, Zuckerberg mengungkap kalau jumlah waktu pengguna Facebook menurun 50 jam per hari. Walau pengguna aktif harian meroket 14 persen menjadi 1,4 miliar dibanding 2016, jumlah pengguna Facebook nyatanya tetap menurun.
Di Amerika Serikat dan Kanada sendiri, jumlah pengguna Facebook anjlok hingga 1 juta orang. Sementara di Eropa, pertumbuhan pengguna Facebook juga melambat. Padahal, Eropa menjadi salah satu benua yang menghasilkan pendapatan Facebook sebanyak 75 persen.
Reuters menyebut, jika Facebook tidak bisa menangani skandal ini dengan baik, tentu perusahaan akan terus terpuruk.
"Ini bisa jadi seperti Friendster dan MySpace, eksistensi Facebook bisa terancam. Kemundurannya telak akan disebabkan oleh isu keamanan," tulis Reuters.
Mark Zuckerberg Angkat Bicara
CEO sekaligus pendiri Facebook Mark Zuckerberg, akhirnya angkat bicara terkait skandal kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook.
Lewat akun Facebook-nya, Zuckerberg menulis pernyataan resmi dan permintaan maaf terkait kasus terbesar yang dialami perusahaan. Bahkan, ia mengaku kalau hal tersebut adalah sebuah pelanggaran.
Dilansir The Guardian, suami Priscilla Chan ini mengungkap kalau pihaknya bertanggung jawab akan kejadian tersebut.
"Kami sangat bertanggung jawab untuk melindungi data Anda. Kalau kami tidak bisa, tentu kami tidak akan melayani pengguna," kata pria yang karib disapa Zuck ini.
"Saya paham betul atas kejadian ini, dan saya jamin ini tak akan terjadi lagi. Saya mengakui Facebook telah membuat kesalahan besar. Masih banyak yang harus dilakukan, dan kami harus melangkah terus untuk melakukannya," ia melanjutkan.
Adapun kesalahan ini Zuckerberg sebut sebagai, "pelanggaran antara Facebook dengan pengguna yang berbagi data dengan perusahaan",
Karena itu, Zuckerberg dan Facebook akan berusaha untuk memperbaiki semuanya mulai dari hari ini. Zuckerberg juga meminta maaf karena sempat "menghilang" sejak skandal tersebut merebak.
"Kami akan belajar dari peristiwa ini untuk terus memperkuat keamanan platform ke depannya, kami ingin membuat komunitas merasa lebih aman. Saya tahu ini butuh waktu lama (untuk memperbaikinya), tetapi saya berjanji kami akan berusaha untuk (memperbaiki) ini dan membangun layanan yang lebih baik," tuturnya.
Lebih lengkap, kamu bisa simak pernyataan resmi Zuckerberg lewat Facebook dalam bahasa Inggris di bawah ini.
Advertisement
Parlemen Eropa Cari Zuckerberg
Kasus penyalahgunaan data pengguna Facebook, yang melibatkan Cambridge Analytica berbuntut panjang. Menyusul temuan itu, Presiden Parlemen Eropa, Antonio Tajani, meminta Zuckerberg segera memberikan penjelasan terkait masalah tersebut.
"Facebook perlu melakukan klarifikasi pada 500 juta perwakilan bahwa data pribadi mereka tak digunakan untuk memanipulasi demokrasi," tuturnya.
Tuntutan klarifikasi ini dilakukan menyusul permintaan serupa dari pemerintah Inggris dan AS. Sebelumnya, salah seorang anggota parlemen Inggris, Damian Collins, juga meminta Zuckerberg menjelaskan secara langsung apa yang sebenarnya terjadi.
Selain itu, ada pula senator AS, Mark Warner, yang merupakan Wakil Ketua Komite Intelijen, yang meminta Zuckerberg dan petinggi Facebook lainnya untuk memberikan testimoni mengenai peran Facebook yang dianggap melakukan "manipulasi sosial" pada Pemilu AS 2016.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: