Liputan6.com, Malang - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, Jawa Timur, menyebut masih ada sembilan warga yang dirawat di rumah sakit lantaran menghirup gas beracun Kawah Ijen. Sementara itu, 21 warga lainnya sudah diizinkan pulang karena kondisinya sudah membaik.
Kepala Bidang Pencegahan BPBD Bondowoso Winarto mengatakan, sejauh ini tak tercium bau menyengat di sekitar Kawah Ijen pasca-peristiwa puluhan warga menghirup gas beracun dari Kawah Ijen.
“Tinggal sembilan orang yang dirawat di puskesmas. Sekarang kondisi udara di lokasi kejadian sudah aman, tidak ada bau menyengat,” kata Winarto dikonfirmasi di Malang, Kamis (22/3/2018).
Baca Juga
Advertisement
Tim yang terdiri dari TNI, BPBD Bondowoso, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sampai Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) sudah memantau langsung ke lokasi awal warga terpapar gas beracun. Di lokasi itu sudah tak tercium aroma menyengat.
Meski demikian, warga tetap diminta menjauh dari lokasi itu. Gunung Ijen juga masih ditutup untuk semua kegiatan, terutama aktivitas wisata. Pembukaan kembali masih menunggu rekomendasi resmi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG).
"Selama satu sampai dua hari ke depan masih ditutup. Kami menunggu rekomendasi PVMBG," ujar Winarto.
Sebelumnya, 30 warga Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Bondowoso, terpapar gas beracun dari Kawah Ijen, pada Rabu, 21 Maret kemarin. Karena tubuhnya lemas, mereka harus dirawat di Puskesmas Tlogosari dan Puskesmas Ijen serta RSUD dr. Koesnadi Bondowoso.
Imbauan Gubernur Soekarwo
Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta warga Bondowoso yang biasa beraktivitas di kawasan Gunung Ijen lebih waspada. "Gas beracun dari belerang itu tak boleh terhirup ke paru-paru. Fisik orang normal pasti lemas kalau menghisap itu," kata Soekarwo saat di Malang.
Di antara para korban gas beracun itu tak ada satu pun para pekerja penambang belerang. Menurut Soekarwo, para pekerja sudah lama beradaptasi dengan kondisi di Kawah Ijen. Dengan begitu, mereka bisa aman dari bahaya paparan gas beracun itu.
"Kalau pekerja di Kawah Ijen itu kan meski sudah berumur 60 tahun tapi tetap terus bekerja. Karena sudah lama beradaptasi," ucap Soekarwo.
Ia menyebut warga harus memahami gejala alam agar bisa terhindar sedini mungkin dari potensi paparan gas beracun. Contohnya, di Gunung Lawu jika di sekitar puncak masih ada burung Jalak maka kondisinya diartikan masih aman. “Kalau Jalak tidak ada, itu berarti bahaya ke Gunung Lawu,” ujar Soekarwo.
Pemprov Jawa Timur sudah mengimbau pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk meningkatkan kewaspadaan di sekitar kawasan. Salah satu caranya bisa dengan memasang papan informasi tentang Kawah Ijen di berbagai lokasi itu.
Advertisement