Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan, operator taksi online hingga kini belum banyak memerhatikan dasar-dasar pelayanan seperti standar keamanan dan keselamatan bagi konsumen.
Ketua YLKI Tulus Abadi mengatakan, para pemakai taksi online memiliki risiko keselamatan yang tinggi lantaran supir bisa mendapatkan data pribadi konsumennya dengan mudah, seperti nomor telepon hingga lokasi tempat tinggalnya.
Baca Juga
Advertisement
"Saya berangkat dari kasus kemarin, ketika seorang wanita bernama Siska dibunuh oleh supir taksi online. Ini klimaks, bahwa taksi online tidak aman bagi penggunanya. Jadi kalau dulu masyarakat konsumen mengatakan naik taksi online lebih aman dan nyaman, itu sudah jadi mitos belaka," ucapnya di Jakarta, Kamis (22/3/2018).
Dia menuturkan, sistem taksi online tidak memiliki standar keamanan dan keselamatan yang baku.
Selanjutnya
Menurut dia, hal itu terbuktikan dengan tidak disediakannya akses keluhan penumpang yang cepat tanggap, sehingga menyulitkan konsumen menyampaikan aspirasinya.
Operator taksi online pun, Tulus menilai, tidak punya standar rekrutmen pengemudi yang baik. Dia mengatakan, itu dapat dilihat dari mentalitas para driver-nya yang buruk layaknya preman.
Demi menguatkan argumennya, ia turut memaparkan survei YLKI yang didapat dari sekitar 4.600 orang soal penilaian kinerja pengemudi taksi online. Hasil memaparkan, 41 persen responden mengaku pernah dikecewakan.
"Ada yang ngomong supirnya bau rokok lah, balsem, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Permenhub seharusnya mengatur lebih keras dan kuat lagi untuk bisa melindungi konsumen," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini;
Advertisement