Harga Emas Terpukul Kekhawatiran Perang Dagang AS dan China

Kekhawatiran perang dagang antara AS dan China menyeret ke bawah harga emas dunia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Mar 2018, 06:45 WIB
Ilustrasi Harga Emas Turun

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia tertekan pada perdagangan Kamis. Penyebabnya karena investor khawatir terjadi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Mengutip Reuters, Jumat (23/3/2018), harga emas di pasar spot melorot 0,3 persen ke level US$ 1.328,21 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS pengiriman April naik tipis US$ 5,9, atau 0,5 persen di harga US$ 1.327,40 per ounce karena ada pedagang yang berdalih kontrak jatuh tempo April menjadi Juni sehingga beberapa pemain mencoba mengambil untung dari itu. 

Sementara itu, harga perak di pasar spot turun 0,7 persen pada level US$ 16,41 per ounce dan platinum susut 0,5 persen di level US$ 949,40 per ounce.

Penurunan harga emas di pasar spot terseret imbas kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump terhadap China. Trump mulai melawan China karena defisit perdagangan AS dan Negeri Tirai Bambu itu sudah di luar kendali senilai US$ 504 miliar.

Untuk diketahui, Donald Trump menandatangani pengenaan tarif impor barang-barang China dengan nilai US$ 60 miliar.

Di sisi lain, tekanan harga emas dipicu kenaikan indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dari posisi terendahnya.

"Harga emas, minyak mentah melemah karena pasar (saham) juga melemah ," kata Managing Director di RBC Wealth Management, George Gero.

 


Prediksi Harga Emas

Ilustrasi Harga Emas

Sejumlah pelaku pasar masih berharap harga emas naik.

"Harga emas sedang turun sekarang, tapi potensi berbalik arah tetap ada," ujar Presiden Pasar Dunia di EverBank.

Harga emas diprediksi bergerak ketat dalam jangka pendek sebagai imbas dari kekhawatiran kondisi geopolitik dan tekanan dari kekuatan ekonomi AS.

"Potensi perang dagang antara AS dan negara lain bisa menyeret harga emas lebih rendah. Tapi kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed juga berpengaruh," ucap Analis, Simona Gambarini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya