Liputan6.com, Losail - Pembalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, menuai kecaman usai naik podium di MotoGP seri perdana yang berlangsung di Sirkuit Losail, Qatar, Minggu (18/3/2018). Luapan kegembiraan The Doctor usai merebut posisi ketiga ternyata melanggar aturan.
Pemicunya adalah tindakan Rossi menyemprotkan sampanye kepada gadis podium. Ritual ini sebenarnya bukan hal yang baru di dunia balapan. Bukan hanya pada balapan MotoGP, ritual yang sama juga kerap dilakukan oleh pembalap-pembalap mobil Formula 1 di atas podium.
Baca Juga
Advertisement
Rossi juga tidak sendiri saat melakukan selebrasi tersebut. Dua pembalap yang berada di atas podium saat itu, Marc Marquez dan Andrea Dovizioso, juga melakukan hal yang sama.
Biasanya, menyemprotkan sampanye ke arah gadis podium menjadi hal yang biasa. Namun di Qatar, kegiatan tersebut ternyata telah dilarang. Namun Rossi tidak tahu. Sebab pembalap asal Italia itu tidak menghadiri pertemuan yang membahas aturan itu.
Rekan setimnya, Maverick Vinales, sebenarnya hadir pada pertemuan itu. Namun dia juga tidak memberitahu Rossi mengenai larangan tersebut.
Tidak Pantas
Penyelenggara tentu saja kesal dengan tindakan Rossi. Salah seorang staf yang enggan menyebutkan namanya kepada El Periodico menyebut tindakan Rossi tidak pantas.
"Kelakuan Rossi sangat jelek, sangat jelek. Sangat dihindari dan tak pantas untuk seorang juara. Tentu saja kami menolaknya, tapi di sisi lain, Valentino tidak tahu bahwa ini dilarang," kata sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut, Jumat (23/3/2018).
Advertisement
Rossi Menyesal
Selain perkara sampanye, Rossi juga menuai kecaman karena tidak hadir dalam acara penghormatan dan doa bersama untuk Ralf Waldmann dan Ivano Beggio, pendiri Aprilia. Padahal kegiatan ini tidak berlangsung lama, karena hanya memakan waktu semenit.
Tak sedikit yang menganggap bahwa Rossi tidak pantas menjadi ikon MotoGP. Tapi penyelenggara balap di Qatar tetap memberikan pembelaan kepada Rossi. Mereka menyatakan bahwa pemilik nomor 46 menyesal atas apa yang dia lakukan.
(David Permana)