Ketum PBNU: Belajar ke Arab Pulang Bawa Ilmu, Bukan Gamis dan Jenggot

Said Aqil menyatakan bahwa budaya Indonesia lebih baik daripada budaya Timur Tengah.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 24 Mar 2018, 03:35 WIB
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menyampaikan bangsa Indonesia akan tetap ada sampai kapan pun, terlebih jika warganya sendiri bangga dengan budayanya sendiri.

"Perlu saya tegaskan, saya dengan Muhammadiyah Insyaallah sama. Kita dengan hal umum sama, mari kita selamatkan, kita jaga keutuhan NKRI. Bukan hanya geografi, tapi yang paling penting keutuhan budaya," tutur Said Aqil saat pertemuan dengan petinggi Muhammadiyah di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (23/3/2018).

Menurut Said Aqil, hal itu telah dicontohkan pendiri NU dan Muhammadiyah, yakni KH. Hasyim Asy'ari dan Ahmad Dahlan. Sekembalinya dari menimba ilmu, khususnya Islam di Timur Tengah, keduanya membawa semangat yang sama untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia.

"Belajar ke Arab boleh, tapi pulang harus bawa ilmu, bukan bawa jenggot. Jangan bawa gamis, bawa ilmu. Karena kalau belajar Islam belum ke Arab memang kurang. Begitu pula yang belajar di Amerika, Eropa. Silakan belajar ke mana, Australia, pulang bawa teknologi, ilmu, jangan bawa budaya. Dari Eropa jangan bawa anggur, dari Arab jangan bawa gamis, jenggot," jelas dia.

Said Aqil menyatakan bahwa budaya Indonesia lebih baik daripada budaya Timur Tengah. Seperti adab memanggil saudara, istri, dan keluarga lainnya, Indonesia lebih santun dibanding Arab Saudi.

"Kita lagi sujud, biasa melangkah di kepala ini. Ini pasti bukan orang Indonesia. Pasti orang Arab itu. Orang lalu-lalang di depan biasa lalu-lalang, enggak risih. Coba pas umrah kalian itu. Bungkuk sedikit, enggak ada," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil ini.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


RI Punya Pancasila

Ketum PBNU KH. Said Aqil Siradj memberi keterangan di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). Pertemuan membahas implementasi Islam yang damai dan toleran menuju Indonesia berkeadilan dalam menyongsong tahun politik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terlebih, Indonesia punya pondasi fundamental, yakni Pancasila. Dasar negara itu berperan besar menjaga keutuhan NKRI, tidak seperti bangsa lain yang bahkan negara Islam pun, penuh konflik berkepanjangan dalam bentuk peperangan antar saudara.

"Tradisi kita pertahankan, yang baru datang apabila itu bermaslahat, kita terima dengan baik," Said Aqil menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya