Liputan6.com, Yogyakarta Rocker perempuan legendaris Renny Djajoesman membacakan tiga buah puisi karya sastrawan Yudhistira Anm Massardi dalam Pentas Puisi Ngerock di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Kamis, 22 Maret 2018 malam. Renny bukan sekadar membaca, ia membawakan puisi dengan musikalisasi beraliran rock.
Puisi yang dibawakannya berjudul Jakarta 96, Jakarta 18, dan Jakarta 69. Isinya bercerita tentang kemarahan dan ketakutan sebagai manusia karena merasa prihatin dengan kondisi kemanusiaan akhir-akhir ini.
"Kami mengajak anak muda bisa menikmati sastra dengan musik dan mengenalkan antara puisi dan musik bisa menghasilkan dialog," ujar Renny seusai pementasan.
Ia menilai pementasan ini membawa warna baru dalam puisi. Anak muda bisa menikmati sastra dengan musik rock.
Baca Juga
Advertisement
Renny mengungkapkan upaya yang dilakukannya relatif berhasil. Ia memiliki komunitas bernama Indonesia Kita yang berisi musikus muda rock, metal, blues, reggae, dan jazz.
Mereka terbakar semangatnya dalam hal sastra setelah melihat Renny pernah mementaskan musikalisasi puisi bersama dengan Gus Mus.
Renny mengaku bergabung dengan Yudhistira untuk memasyarakatkan sastra lewat tur Sastra Mini. Ia merasa risih dengan tahun politik yang membuat orang melupakan kemanusiaan.
"Politik tanpa sastra dan budaya akan menjadi biadab, buas, dan liar," ucapnya.
Memasuki tahun politik, Renny mengajak semua kalangan mengisi dengan acara budaya dan berkesenian. Renny ingin di setiap sudut daerah dipenuhi dengan kantong-kantong kesenian. Tujuannya, supaya masyarakat tidak hanya fokus dengan politik.
Menggalakkan Gerakan Literasi
Sastrawan Yudhistira Anm Massardi menuturkan Yogyakarta merupakan salah satu kota rangkaian tur Sastra Mini. Sebelumnya, ia juga sudah mementaskan musikalisasi rock puisi di Jakarta dan Solo.
Masih ada beberapa daerah yang akan disambangi Sastra Mini sampai sebelum puasa, yakni Malang, Semarang, Makassar, Medan, dan Bali.
"Format ini lebih atraktif, musik rock dekat dengan anak muda jadi jembatan sastra masuk ke dunia anak muda karena sastra selama ini jadi dunia terpencil di masyarakat," ucapnya.
Ia berpendapat memadukan sastra dengan musik rock bisa menggalakkan gerakan literasi di masyarakat. Yudhistira merasa prihatin dengan kondisi Indonesia yang menempati urutan ke-60 dari 61 negara minat baca rendah.
"Sekarang kondisinya menyedihkan, kualitas peradaban suatu bangsa itu dilihat dari berapa banyak literasi atau buku yang ditulis," kata Yudhistira.
Advertisement
100 Puisi untuk Ibukota RI
Dalam pementasan musikalisasi puisi itu, Yudhistira mengambil puisi-puisi dari tiga buku yang ditulisnya, yakni Luka Cinta Jakarta, Perjalanan 63 Cinta, dan 99 Sajak.
Karyanya dibuat tidak lepas dari kondisi sosial saat itu. Ia bercerita, Luka Cinta Jakarta ditulis untuk ibukota RI.
Sebanyak 100 puisi tentang Jakarta dibuat dan ia merasa belum pernah ada sastrawan yang melahirkan banyak puisi sekaligus untuk Jakarta.
"Saya mendapatkan momentum pada Maret sampai Agustus tahun lalu ketika situasi Jakarta berubah radikal sewaktu pemilihan gubernur," tuturnya.
Menurut Yudhistira, kerusakan akibat kampanye membelah bangsa dan hal itu itu menyedihkan. Apalagi, kejadian itu berimbas sampai ke pelosok negeri.
"Puisi-puisi ini punya misi mari kembali kepada cinta, cinta dalam bentuk apapun dan kepada siapa saja," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: