Liputan6.com, Jakarta - Go-Jek berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri sebagai penyedia transportasi online. Keberhasilan tersebut menjadikan unicorn asli Indonesia ini memiliki dampak yang besar bagi perekonomian Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Lembaga Demografis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Turro S. Wongkaren. Ini bisa dilihat dari besarnya penghasilan yang diraih mitra pengemudi Go-Jek.
Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga itu, penghasilan keseluruhan mitra pengemudi Go-Jek sebesar Rp 8,2 triliun. Sementara pendapatan mitra UMKM sebesar Rp 1,7 triliun setiap tahunnya. Mitra UMKM ini merupakan usaha yang tergabung dalam aplikasi Go-Food.
Baca Juga
Advertisement
"Bila digabung, angkanya bisa mendekati Rp 10 triliun. Ini ada di batas bawah karena yang disurvei hanya driver sepeda motor dan UMKM. Belum yang lain seperti Go-Car dan sebagainya," kata dia seperti yang dikutip dari Merdeka.com, Minggu (25/3/2018).
Terlebih, kata Turro, sebanyak 89 persen responden yang disurvei memberikan dampak yang baik bagi masyarakat umum. Bahkan, sebagian besar responden menyatakan bila Go-Jek bubar, hal itu akan berdampak buruk bagi mereka.
"78 persen responden mengatakan, bila Go-Jek berhenti beroperasi, akan membawa dampak buruk kepada masyarakat," ungkapnya.
Survei ini dilakukan terhadap 7.500 responden terdiri atas 3.315 pengemudi roda dua, 3.465 konsumen, dan 806 mitra UMKM dari 9 wilayah: Bandung, Bali, Balikpapan, Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya.
Pengeluaran Belanja Bulanan Pelanggan Go-Jek Terungkap
Dalam survei yang sama juga ditemukan hal menarik. Menurut Turro, survei ini didominasi oleh masyarakat usia produktif yang berasal dari kelas menengah ke bawah.
Salah satu temuan menarik dari survei itu adalah soal karakteristik dari para pelanggan ojek online. Diketahui para pelanggan ojek online rata-rata memiliki anggaran pengeluaran bulanan sebesar Rp 2,55 juta per bulan.
“Ada 68 persen (penumpang) adalah perempuan,” ujar Turro memaparkan.
Mayoritas pengguna Go-Jek didominasi lulusan SMA atau sederajat sebanyak 98 persen. Selama ini para pelanggan umumnya merasa puas, aman, dan nyaman saat berkendara menggunakan jasa Go-Jek.
Advertisement
Orang Indonesia Paling Sering Pakai Ojek Online Apa?
Aplikasi Go-Jek, Grab, atau Uber kini menjadi sebagian dari banyak aplikasi yang wajib di-install oleh pengguna smartphone di kota besar Indonesia.
Sebut saja di Jakarta, aplikasi-aplikasi di atas digunakan setiap hari dan telah menjadi kebutuhan. Namun di antara Go-Jek, Grab, dan Uber, manakah yang paling sering diakses oleh orang Indonesia?
Berdasarkan keterangan tertulis dari konsultan data dan digital analytics ilmuOne kepada Tekno Liputan6.com, lembaga tersebut merilis analisis lanjutan dengan judul "Go-Jek vs Grab vs Uber: Who's Winning".
Laporan ini mengenai demografi dan basis pengguna tumpang tindih antara Go-Jek, Grab, dan Uber.
Berdasarkan data comScore terhadap pengguna ketiga aplikasi di perangkat Android, bulan Desember 2017, Go-Jek memiliki 9,7 juta pengunjung unik. Sementara, Grab memiliki 9,6 juta pengguna unik. Jika pengunjung Go-Jek dan Grab naik sejak Agustus 2017.
Sedangkan jumlah pengunjung unik Uber mengantongi 2 juta pengguna, dan mengalami penurunan dari yang sebelumnya 2,3 juta pengguna.
Dalam survei ini juga dibahas, Go-Jek dan Grab berbagi pengunjung sebesar 4,2 juta orang atau setengah dari total pengguna sering menggunakan Go-Jek maupun Uber.
Tidak hanya itu, cukup banyak pengguna Uber yang ternyata juga menggunakan Go-Jek (49,1 persen) dan Grab (65,7 persen).
Usia 25 hingga 34 Tahun Paling Sering Gunakan Transportasi Online
Sementara, jika dilihat dari usia pengguna, Go-Jek paling banyak dikunjungi pengguna berusia 25-34 tahun dengan persentase 37,8 persen pengunjung unik.
Pengunjung dengan usia tersebut paling lama menggunakan Go-Jek dibandingkan pengguna lain. Adapun rata-rata mereka menggunakan Go-Jek selama 69,5 menit per pengguna.
Pada sisi lain, Grab lebih banyak dikunjungi oleh pengguna usia 35 tahun ke atas (ada 38,5 persen pengunjung unik, namun penggunanya didominasi oleh pengguna 25-43 tahun. Rata-rata, mereka menggunakan Grab selama 64,4 menit per pengguna.
Serupa, Uber juga paling banyak dikunjungi oleh orang berusia 25-34. Kendati begitu, Uber paling lama dipakai oleh pengguna berusia 35+ dengan rata-rata 83,8 menit per pengguna.
Reporter: Fauzan Jamaludin
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement