Liputan6.com, Jakarta - Benda antariksa pembawa malapetaka mengintai Bumi di kejauhan.
Sebuah asteroid raksasa bernama Bennu 101955 atau Bennu diprediksi bisa menghantam Bumi pada 2135, kata badan antariksa yang telah melakukan perhitungan terhadap lintasan orbit batu tersebut.
Jika nantinya menabrak Bumi, kerusakan yang ditimbulkan oleh Bennu diprediksi cukup parah -- mengingat ukurannya yang sedikit lebih besar dari Empire State Building, menara tertinggi ketiga di Kota New York, Amerika Serikat.
Menyadari potensi malapetaka tersebut, seorang ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengklaim memiliki jurus ampuh yang mampu menghalau asteroid. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail (26/3/2018).
Baca Juga
Advertisement
Michael Moreau, ilmuwan NASA mengatakan, organisasinya telah mengirim sebuah pesawat antariksa tanpa awak bernama OSIRIS-REx yang ditugaskan untuk mengecat asteroid raksasa tersebut dengan warna lain yang lebih gelap dari warna aslinya.
Warna yang lebih gelap akan mengakibatkan asteroid itu lebih banyak menyerap cahaya dan radiasi Matahari. Ketika asteroid itu semakin banyak menyerap cahaya dan radiasi, lintasan orbit Bennu dapat mengalami perubahan.
Hasilnya kemungkinan besar adalah terhindarnya Bumi dari bencana tabrakan dengan asteroid raksasa tersebut.
"Dengan mengecat permukaannya dengan warna yang lebih gelap dengan warna asli, hasilnya akan mengubah sifat termal dan lintasan orbit asteroid itu," kata Moreau.
Bennu, dengan diameter 492 m, adalah objek berpotensi bahaya yang ditemukan pada tahun 1999 -- sebuah temuan yang mengejutkan NASA kala itu.
Ada peluang kecil, sekitar 1 berbanding 2.700, bahwa Bennu akan menabrak dan membawa malapetaka kepada Bumi pada 2135 -- berdasarkan perhitungan jalur orbitnya saat ini.
Solusi Cat Lebih Efektif Ketimbang Nuklir
Beberapa ilmuwan telah menyarankan untuk mengantisipasi ancaman asteroid itu dengan menembakkan senjata nuklir ke Bennu. Tujuannya untuk menghancurkan batu raksasa tersebut agar tak lagi menimbulkan ancaman bagi Bumi.
Namun, menurut Michael Moreau, ilmuwan misi OSIRIS-REx NASA, solusi cat dinilai lebih efisien dan efektif ketimbang opsi nuklir.
Menggunakan kaidah ilmu alam dasar -- di mana warna gelap bersifat menyerap panas ketimbang warna terang yang justru memantulkan -- cat berwarna gelap itu diharapkan akan semakin memicu Bennu menyerap lebih banyak panas Matahari.
Semakin banyak panas yang diserap maka akan semakin meningkatkan kadar radiasi di asteroid raksasa itu.
Panas dan radiasi Matahari secara konstan memberikan tekanan atau melelehkan benda-benda di Tata Surya. Dampaknya, benda-benda itu bisa mengalami perubahan bentuk yang kemudian berimbas pada perubahan jalur lintasan orbit masing-masing.
Melakukan pengecetan terhadap Bennu, menurut perhitungan, terbilang mudah. Karena, ukurannya relatif kecil jika dibandingkan dengan benda antariksa lainnya -- sehingga seakan-akan seperti mencat gedung Empire State Building saja.
Jika para ilmuwan bisa membuat sebagian dari Bennu lebih rentan terhadap radiasi Matahari dengan mengecatnya menjadi warna gelap, hal itu akan menghindari asteroid tersebut menghantam Bumi.
Kendati demikian, sampai saat ini, para ilmuwan harus terlebih dahulu mempelajari komposisi dan jalur lintasan orbit asteroid itu untuk mengambil tindakan terbaik.
Saat ini, pesawat ruang angkasa tanpa awak (probe) OSIRIS-REx NASA sedang dalam perjalanan untuk mengambil sampel Bennu. Ulang-alik itu diperkirakan mencapai asteroid tersebut pada bulan Desember 2018.
OSIRIS dijadwalkan kembali ke Bumi dengan sampel Bennu pada tahun 2023.
Advertisement
Opsi Darurat
NASA dan National Nuclear Security Administration sejatinya memiliki solusi darurat, jika opsi pengecetan itu tak berhasil.
Mereka tengah mengembangkan HAMMER (Hypervelocity Asteroid Mitigation Mission for Emergency Response), sebuah pesawat besar seberat 8,8 ton yang sengaja dibuat untuk ditabrakkan ke asteroid raksasa yang mendekat dan berpotensi menabrak Bumi alias near-Earth object atau NEO.
Bennu masuk dalam kategori NEO menurut penilaian NASA.
Daya kinetik luar biasa dari HAMMER diyakini mampu menghantam asteroid raksasa seperti Bennu jika semakin membahayakan Bumi. Hantaman kinetik itu mungkin bisa menghancurkan, memukul mundur, atau membelokkan lintasas orbit asteroid raksasa itu.
Di sisi lain, NASA pun menjelaskan bahwa nuklir juga masuk dalam solusi darurat terkait mitigasi NEO yang mungkin menghantam Bumi nantinya -- menilai nuklir sebagai pilihan yang 'serba bisa dan fleksibel'.