Singapura Belum Terima Kabar Grab Akuisisi Uber

Adapun pihak yang dimaksud adalah Competition Commision of Singapore (CCS, Komisi Persaingan Singapura), di mana mereka belum menerima pemberitahuan soal akuisisi Grab ke Uber.

oleh Andina Librianty diperbarui 27 Mar 2018, 09:30 WIB
Dua orang bersepeda sambil mengamati skyline kota Singapura yang diselimuti kabut. Meskipun Singapura adalah kota dengan biaya hidup paling tinggi di dunia, namun biaya hidup di sana 10% lebih murah dibandingkan di New York. (AFP PHOTO/Roslan RAHMAN)

Liputan6.com, Jakarta - Competition Commision of Singapore (CCS, Komisi Persaingan Singapura) belum menerima pemberitahuan dari Grab dan Uber terkait kesepakatan akuisisi di Asia Tenggara.

Karenanya, CSS meminta kedua perusahaan untuk segera memberikan penjelasan terkait kesepakatan tersebut.

"Kedua belah pihak telah menyampaikan dalam keterangan media bahwa mereka berniat mengajukan notifikasi mengenai transaksi kepada CCS. Dalam hal ini, CCS belum menerima notifikasi terkait hal itu dan kami sedang menyiapkan imbauan kepada pihak-pihak tersebut untuk mengklarifikasi detailnya," ungkap perwakilan CCS kepada Business Times, Selasa (7/3/2018).

Mengutip regulasi setempat, CCS mengatakan bahwa undang-undang persaingan Singapura melarang sebuah merger yang dapat menyebabkan pengurangan kompetisi secara substansial.

Seandainya CCS menemukan indikasi kesepakatan akuisisi antara Grab dan Uber menyebabkan hal semacam itu, maka komisi tersebut akan memberikan arahan agar masalah itu diselesaikan.

Misalnya, CCS akan mewajibkan kedua perusahaan membatalkan atau memodifikasi kesepakatannya.

"CCS kemungkinan juga akan mengeluarkan langkah-langkah sementara sebelum hasil akhir merger ditentukan," tulis CCS.

CCS sendiri saat ini masih meninjau rencana akuisisi perusahaan taksi ComfortDelGro terhadap 51 persen saham di anak usaha penyewaan mobil Uber, Lion City Holdings.


Uber Hengkang dari Asia Tenggara

Ilustrasi mobil self driving yang dimiliki Uber. Foto diambil pada September 13, 2016, (ANGELO MERENDINO / AFP)

Uber sendiri keluar dari pasar ride-sharing Asia Tenggara dengan menjual bisnisnya ke perusahaan asal Singapura, Grab.

Harga penjualan masih dirahasiakan, tetapi Uber akan mendapatkan 27,5 persen saham di Grab sebagai bagian dari kesepakatan akuisisi tersebut.

CEO Uber, Dara Khosrowshahi, melalui email kepada para karyawannya, menggambarkan nilai akuisisi tersebut senilai "beberapa miliar dolar".

Ia juga akan berada di jajaran dewan direksi Grab. Selain itu, 500 karyawan Uber di Asia Tenggara akan dialihkan ke Grab.

Sebagai bagian dari akuisisi, Grab juga akan mendapatkan bisnis pengiriman makanan milik Uber, UberEats, di Asia Tenggara.

"Saya tahu ada banyak kerja keras sebelum saya datang dan saya tahu operasional yang telah kalian bangun di delapan negara itu. Setelah berinvestasi sebesar US$ 700 miliar di wilayah tersebut, kita akan memegang saham senilai beberapa miliar dolar dan kepemilikan strategis yang kita yakini akan menjadi pemenang di kawasan global yang penting," tulis Khosrowshahi, seperti dikutip dari Recode.


Uber Terus Lepas Bisnis

CEO Uber Dara Khosrowshahi. Dok: TechCrunch

Ini merupakan kali ketiga Uber meninggalkan pasar besar untuk kesepakatan serupa.

Pada Agustus 2016, raksasa ride-sharing asal Tiongkok, Didi, mengakuisisi bisnis Uber di negara tersebut. Pada Juli 2017, Uber juga menarik operasionalnya dari Rusia karena bergabung dengan kompetitornya, Yandex.Taxi.

Khosrowshahi menjelaskan, transaksi ini akan membantu perusahaan fokus pada pasar-pasar inti, seperti India, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Ketimbang bersaing di terlalu banyak pasar, Uber memilih fokus pada pasar-pasar intinya tersebut.

"Wajar jika muncul pertanyaan apakah konsolidasi adalah strategi, mengingat ini adalah kesepakatan ketiga semacam ini, mulai dari Tiongkok ke Rusia, kini Asia Tenggara. Jawabannya adalah Tidak. Transaksi ini membuat kita dalam posisi untuk bersaing dengan fokus dan bobot nyata di pasar inti, tempat kita beroperasi, sambil memberikan kita saham berharga dan berkembang di sejumlah pasar besar dan penting, di mana kita tidak memilikinya," jelasnya.

(Din/Jek)

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya