Cerita Repotnya Merawat Bayi 'Raksasa' Cilacap

Tak ada bedong atau gurita bayi yang cukup untuk bayi 'raksasa' yang dilahirkan di Cilacap dengan bobot 5,8 kilogram ini.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 27 Mar 2018, 12:31 WIB
Bayi raksasa berjenis kelamin perempuan dilahirkan dengan bobot 5,8 kilogram dilahirkan dengan operasi sesar. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Suryati (32) masih saja tak percaya bahwa ia melahirkan bayi perempuan berukuran di atas normal (giant baby) alias bayi raksasa berbobot 5,8 kilogram.

Tak banyak pula yang dilakukannya selama hamil kala mengikuti suaminya merantau ke Tangerang, Jawa Barat. Pekerjaannya rutin, seperti mencuci, memasak, dan mengurus dua anak lelakinya, Ridho Insani (8) dan Alvino (5).

Dua buah hatinya itu menjadi pengobat rindu kepada keluarganya di Kutasari, Kecamatan Cipari, Cilacap. Ia memang bertekad mengikuti ke mana pun belahan hatinya, sang suami, Suryanto (36).

Ia pun merasa tak ada yang berbeda dari masa kehamilan ketiga dengan dua kehamilan sebelumnya. Makanannya pun normal. Hanya sesekali saja ia mengonsumsi daging sapi, ayam, atau ikan.

"Saya paling senang sayur asem," ucapnya, saat bertemu dengan Liputan6.com di Rumah Sakit Umum (RSU) Duta Mulya, Majenang, Cilacap, Senin, 26 Maret 2018.

Hanya saja, ia memang merasakan bobot kandungannya lebih berat kali ini. Namun, ia tak menyangka akan melahirkan bayi cantik berbobot di atas normal atau bayi raksasa.

Pekan lalu, ia merasa masa kelahirannya telah semakin dekat. Ia pun meminta izin kepada suaminya untuk mengantarnya pulang ke kampung halaman.

Hingga saat itu tiba, ia tak menyangka tengah mengandung bayi yang berkategori giant baby atau bayi raksasa.

Simak video pilihan berikut ini:


Sulit Mencari Gurita dan Bedong untuk Bayi Raksasa

Bayi raksasa tak bisa jauh dari sang ibu, lantaran selalu lapar. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Maklum saja, selagi suaminya bekerja di Tangerang, tak ada yang mengurus dua anaknya yang masih kecil. Lagi pula, saat bersama ibu dan berada di tengah keluarga besarnya, ia lebih tenang kala menghadapi persalinan.

Benar saja, tak sampai sepekan di rumah, pada Minggu siang, ia mengalami kontraksi. Bergegas, Suryanto dan ibunya, yang selalu dipanggilnya dengan Mbah Uti, mengantar ke bidan.

Namun, bidan menyerah. Sebab, perkembangan bukaannya tak menggembirakan. Bidan pun cemas dan merujuknya ke RSU Duta Mulya. Akhirnya, pukul 21.00 WIB, bayinya lahir selamat melalui operasi sesar.

Sang ayah, Suryanto pun tak kalah takjub, sekaligus heran. Dua anak lelakinya dilahirkan dengan normal, meski anak keduanya, Alvino, juga lahir dengan bobot di atas normal, yakni 4,3 kilogram.

Namun, ia tak pernah menyangka bahwa anak perempuan yang diidamkannya itu lahir dengan bobot spektakuler, 5,8 kilogram. Jauh di atas rata-rata bayi Indonesia yang berkisar tiga kilogram.

Bobot anaknya yang di atas rata-rata itu membuat persiapan persalinannya sedikit kacau. Ia terpaksa mengembalikan baju bayi yang sudah kadung dibelinya dan menukarnya dengan baju bayi umur empat bulan.

Gurita bayi yang telah disiapkan jauh-jauh hari juga tak terpakai. Bahkan, ia juga kesulitan mencari kemben alias kain bedong untuk bayi. Sebab, semuanya hanya tersedia untuk ukuran bayi normal.

 


Mbah Putri Ikut Repot Merawat Bayi Raksasa yang Terus Lapar

Bayi raksasa nyaman dalam gendongan Mbah Uti-nya. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

"Alhmadulillah. Bayinya selamat, sehat. Ibunya juga," Suryanto menuturkan.

Mbah Uti, nenek si bayi jumbo, tampak sedikit kerepotan tatkala menggendong cucunya. Bagaimana tidak, bayi yang belum berumur 24 jam itu selalu ingin menetek pada ibunya.

Namun, ia tampak sabar menggendong dan menenangkan cucu barunya itu. Berkali-kali ia meninabobokan sang jabang bayi yang merengek kelaparan. Padahal, baru 15 menit yang lalu sang bayi baru saja meminum ASI.

Hanya saja, tangan yang masih trengginas di usia kisaran 60-an tahun itu tampak sedikit gemetar. Maklum, bobot sang bayi memang berat.

"Bawaannya lapar-lapar terus sepertinya. Mimi-nya banyak," ucap Mbah Uti.

Sang nenek pun belum menyiapkan nama untuk cucunya. Begitu pula dengan ayahnya, Suryanto.

"Belum, biar nanti ibunya saja yang kasih nama. Dua anak pertama saya yang kasih nama. Sekarang ibunya saja," tutur Suryanto.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya