Depresi dan Risiko Kanker Tinggi, Masalah Astronot Sepulang dari Luar Angkasa

Jika Anda membayangkan perjalanan keren ke luar angkasa seperti di film-film, pikirkan lagi. Para astronot pun mengalami beberapa dampak akibat pekerjaan mereka

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Mar 2018, 15:30 WIB
Mobil Tesla Roadster yang dilengkapi manekin astronot bernama Starman saat berada di roket Falcon Heavy menuju luar angkasa (6/2). (Ho/SpaceX/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Perjalanan ke luar angkasa tidak semudah di film-film superhero atau sains fiksi. Pergi ke luar angkasa ternyata juga punya dampak bagi tubuh.

Lingkungan yang tidak ramah, gravitasi nol, dan kurangnya atmosfer dapat mendatangkan bahaya bagi tubuh manusia.

"Ini bisa menjadi sangat buruk," kata David Alexander, Ph.D., Direktur Rice Space Institute di Rice University Houston, Amerika Serikat, seperti dilansir dari New York Post pada Rabu (23/3/2018).

"Banyak yang mengaitkan efeknya dengan penuaan yang lebih cepat," tambah David.

Salah satu contoh yang baru saja terjadi adalah pada Scott Kelly, yakni astronot 54 tahun yang menghabiskan 340 hari hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Ketika dia kembali, para ilmuwan menemukan kode genetiknya telah berubah. NASA mengatakan bahwa gen yang terpengaruh antara lain adalah sistem kekebalan tubuh, pembentukan tulang, dan perbaikan DNA.

Para ilmuwan masih tidak yakin apa yang membuat gennya berubah dan bagaimana itu bisa mempengaruhi Scott. Tidak hanya perubahan DNA, perjalanan ke luar angkasa ternyata bisa menyebabkan beberapa hal ini.

1. Kacaunya Waktu Tidur

Astronot mengalami 16 matahari terbit dan terbenam setiap hari, ketika mereka berputar di orbit Bumi yang sangat rendah. Ini indah jika Anda ingin menulis puisi. Namun, itu bisa mengganggu ritme sirkadian dan membuat Anda sulit menutup mata.

Selain itu, astronot diberi pil untuk tidur dan memiliki jadwal tidur yang ketat. Hal ini membantu mereka untuk tetap waspada pada apa yang terjadi di sekitarnya.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

 

 


Sulit Berjalan karena Otot Lemas

Petugas membawa astronaut AS, Peggy Annette Whitson setelah berhasil mendarat di daerah terpencil di luar kota Dzhezkazgan, Kazakhstan, Minggu (3/9). Whitson kembali ke bumi setelah melakukan misi selama 665 hari di ISS. (Sergei Ilnitsky/Pool via AP)

2. Otot Melemas

Setelah astronot kembali ke bumi, kesulitan terbesar adalah kembali menapak tanah dan berjalan. Mereka yang kembali dari bumi seakan berjalan sambil mengangkat batang pohon. Hidup dalam gravitasi nol-lah penyebabnya.

"Hidup dalam keadaan tanpa berat akan menyebabkan otot mengalami atrofi (penyusutan atau pengecilan ukuran suatu sel, jaringan, organ, atau bagian tubuh) dan massa tulang menurun," kata Alexander.

Bahkan, salah satu organ tubuh yang paling penting seperti jantung, bisa kehilangan massa dan menjadi lebih bulat.

Untuk itu, para astronot memiliki pengobatan khusus. Obat yang dikonsumsi biasanya digunakan untuk melawan kepadatan tulang dan osteoporosis. Mereka juga berolahraga beberapa jam setiap hari.

Karena itulah, stasiun luar angkasa juga dilengkap dengan sepeda statis, treadmill, dan mesin ketahanan yang dirancang khusus dengan menggunakan daya hampa, bukan beban.

 


Masalah Penglihatan

Penampakan roket Soyuz-FG yang membawa pesawat luar angkasa Soyuz MS-08 meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Kazakhstan, Rabu (21/3). (AP Photo/Dmitri Lovetsky)

3. Masalah Penglihatan

Beberapa astronot melaporkan kilatan di penglihatan mereka ketika berada di luar angkasa. Hal itu ternyata sinar kosmik yang mengenai bagian belakang mata mereka.

Mereka yang memperpanjang masa tinggal di luar angkasa berisiko terkena masalah jangka panjang. Sekitar dua pertiga astronot di stasiun luar angkasa mengeluhkan masalah penglihatan.

"Perpindahan cairan juga bisa menyebabkan penumpukan di kepala. Ini menyebabkan tekanan udara yang lebih besar dan terkait dengan masalah penglihatan," kata Alexander.

4. Terbakar

Astronot harus berjuang dengan tingkat radiasi yang 1000 kali lebih tinggi daripada di Bumi. Menurut studi Universitas Nevada di Las Vegas, AS pada tahun 2017, perjalanan ke Mars bisa menggandakan risiko kanker.

Untuk itu, para astronot tidak diizinkan pergi ke luar angkasa selama periode peningkatan radiasi badai matahari.

 


Depresi

Roket Soyuz-FG dengan pesawat luar angkasa Soyuz MS-08 meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Kazakhstan, Rabu (21/3). Roket membawa kosmonot Rusia Oleg Artemyev dan astronot AS Richard Arnold dan Andrew Feustel. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)

 5. Bakteri Usus Berubah

Scott Kelly menemukan bahwa komposisi bakteri di ususnya berubah. Para ilmuwan tidak yakin apa yang menyebabkan hal itu. Entah radiasi, kurang tidur, atau terpaksa memakan steak dalam kemasan selama 340 hari.

6. Membuat Anda Gila

NASA mengatakan, astronot dengan jam terbang yang tinggi berisiko mengalami penurunan suasana hati, moral, bahkan depresi. Terkurung di pesawat luar angkasa yang kecil membuat tegang mental seseorang.

Beberapa astronot yang kembali ke Bumi bahkan harus berjuang melawan insomnia, depresi, dan kecanduan alkohol.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya