28-03-1969: Presiden Amerika Serikat Ke-34 Dwight Eisenhower Wafat

Kematian Presiden Amerika Serikat ke-34, Dwight D. Eisenhower, disebabkan oleh serangan jantung.

oleh Afra Augesti diperbarui 28 Mar 2018, 06:00 WIB
Presiden Amerika Serikat ke-34 Dwight D. Eisenhower. (Wikimedia/Public Domain)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Dwight D. Eisenhower, presiden Amerika Serikat ke-34, mengembuskan napas terakhirnya di Washington, D.C., 28 Maret 1969. Salah satu jenderal Amerika yang paling dihormati dalam Perang Dunia II ini wafat pada usia 78 tahun.

Seperti dikutip dari History, kematian Eisenhower disebabkan oleh serangan jantung yang dialaminya. Ia meninggalkan seorang istri, Mamie Doud Eisenhower, dan seorang putera yang kala itu sedang bertugas sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Belgia.

Sebelum menjabat sebagai presiden, pria kelahiran Denison, Texas, 14 Oktober 1890 ini mempunyai karier cemerlang di bidang kemiliteran. Ia pernah mengenyam pendidikan di Akademi Militer AS dan lulus pada 1915.

Ia mahir sekali dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota staf dan pernah bertugas di bawah tiga Jenderal, antara lain Jenderal Douglas McArthur.

Setelah Jepang menyerang Teluk Mutiara di Hawaii, pada Desember 1940. Kepala Staf Tentara AS Jendral George Marshall, mengangkat Dwight Eisenhower menjadi Kepala Bagian Perencanaan Perang Staf Umum Departemen Perang AS, dan kemudian menjadi Pembantu Kepala Staf. Tak lama sesudah itu ia naik pangkat menjadi Mayor Jenderal.

Pada 8 November 1942 sebagai Letnan Jenderal, Dwight Eisenhower memimpin pendaratan tentara sekutu -- yakni Inggris -- di Afrika Utara. Eisenhower yang tidak pernah memimpin pasukan di lapangan, ditugaskan memimpin Operasi Torch, invasi Amerika Serikat dan Inggris di Maroko dan Aljazair.

Dari Afrika Utara, ia berhasil mengarahkan invasi Tunisia, Sisilia, dan Italia, dan pada Januari 1944 ia diangkat sebagai Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu Invasi Normandia atau dikenal Operasi Overlord. Penyerbuan itu akhirnya menghasilkan penyerahan Jerman pada 8 Mei 1945.

Setelah perang berakhir, Dwight Eisenhower berturut-turut menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat dan Presiden Columbia University di New York. Pada 1951, ia menjadi Panglima Tertinggi pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO di Paris.

Faktanya, tekanan untuk Eisenhower agar mau mencalonkan diri sebagai presiden AS sangat besar.

Kala itu, Partai Demokrat dan Partai Republik sama-sama membujuknya supaya bersedia menjadi calon presiden bagi masing-masing partai. Akhirnya, pada musim semi tahun 1952, ia melepaskan jabatannya dalam NATO dan mencalonkan diri sebagai presiden melalui Partai Republik.

Presiden Dwight Eisenhower, yang dua kali berturut-turut menjadi presiden sampai 1960, menyebutkan dirinya seorang moderat.

la berpegang pada sistem pasar bebas, menentang pengawasan pemerintah atas harga-harga barang-barang dan kenaikan gaji, mencegah keterlibatan pemerintah dalam pertentangan antara kaum buruh dan pihak majikan, dan mendorong program-program peluru kendali dan melanjutkan bantuan luar negeri.

Presiden Dwight Eisenhower memusatkan perhatiannya pada usaha memelihara perdamaian dunia. Ia dengan gembira menyaksikan perkembangan programnya "atom untuk perdamaian."

Dalam program itu, Amerika Serikat menyumbangkan uranium kepada negara-negara berkembang demi kesejahteraan manusia. Pada 1964, Indonesia mendapat bantuan sebanyak US$ 350.000 sebagai sumbangan untuk pembangunan reaktor atom di Bandung.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya