Batasi Konsumsi Solar Subsidi, Pertamina Cetus Kartu Sakti

Pertamina menggagas kartu Solar untuk sopir truk yang masih mengandalkan Solar subsidi.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mar 2018, 22:22 WIB
Dok Foto: (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara sudah memasuki minggu ketiga. Sopir truk mengeluhkan kondisi ini karena industri tambang menjadi konsumen ikut menggunakan Solar subsidi yang tersebar di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Jumlah sopir truk tambang ini mencapai ratusan orang. Mereka berebut mendapatkan Solar dengan sopir truk lainnya yang jumlahnya bisa mencapai sekitar 1.200 unit. 

Mengatasi kondisi tersebut, PT Pertamina (Persero) Wilayah Sulawesi Tenggara akan menggagas kartu Solar bagi sejumlah sopir yang beroperasi di wilayah Kota Kendari.

"Kartu ini masih dalam tahap gagasan mentah, belum dibahas secara mendalam. Namun, kami lihat bisa sebagai solusi," ujar Sales Executive Retail IV Sulawesi Tenggara, Dimas Mulyo Widyo Saputro, Senin (26/3/2018).

Sementara itu, salah satu sopir truk, Irfan mengatakan rencana Pertamina mengeluarkan kartu Solar harus matang dan transparan. Sebab jika tak hati-hati, bisa memunculkan pemain baru dalam masalah ini.

"Bayangkan kalau ada sopir truk tambang yang ikut dapat kartu Solar, sebab pengawasan di SPBU sering lemah. Atau ada sopir yang mendapatkan lebih dari satu kartu solar," ujar Irfan. (Ahmad Akbar Fua)

 


Dapat Satu Kartu

Dok Foto: (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Dijelaskan Dimas Mulyo, kartu Solar nantinya akan menjadi kartu kontrol. Setiap sopir akan mendapatkan satu buah kartu sebagai pegangan.

Dengan kartu Solar, pihak SPBU dapat dengan mudah mengontrol sopir truk saat mengisi BBM Solar. Sebab, di dalam kartu Solar akan ada data STNK, pelat mobil, dan nama pengemudi truk.

"Juga ada jarak tempuh kendaraan setiap hari, jadi kami memberikan suplai Solar setiap hari berdasarkan jarak operasi mereka," jelasnya. 

Dia menambahkan, rencana ini kemungkinan besar akan mematikan langkah para spekulan. Sebab, selama ini para pelaku yang kerap menyedot Solar pada sejumlah SPBU di Kota Kendari, rata-rata melakukan pengisian lebih dari sekali setiap hari.

"Kasihan sopir truk yang menggantungkan diri dari Solar subsidi, mereka sebenarnya yang lebih membutuhkan daripada sopir tambang," ujar Dimas Mulyo. 


Pertamina Subsidi 16 Ton Sehari

Mulai 1 Agustus 2014 ini Pemerintah menghapus penjualan Solar bersubsidi untuk wilayah Jakarta Pusat.

Pertamina wilayah Sultra menyuplai sekitar 16 kiloliter (Kl) Solar per hari di sejumlah SPBU Kota Kendari. Namun, selama beberapa pekan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menyalurkan secara bergiliran antara 8 dan 16 Kl setiap harinya.

"Kita sudah melakukan sejumlah terobosan untuk membatasi pelaku yang memakai Solar bersubsidi yang tidak sesuai peruntukkan," ujar Dimas Mulyo.

Pertamina malah menambah pasokan BBM jenis Solar untuk wilayah Sultra. Pada periode Januari-Maret 2017, perusahaan menyalurkan 2.978 Kl untuk Sultra. Sementara di Januari-Maret ini, ada sebanyak 3.173 Kl untuk semua SPBU.

"Ada peningkatan beberapa persen dibanding tahun lalu, kami juga mempertimbangkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor, tapi tetap tidak cukup," ucap dia. 

Salah satu pemilik SPBU di Kota Kendari, Anil mengatakan, sejauh ini sudah mendapatkan jatah teratur antara 8-16 Kl. Paling sering 8 Kl setiap hari, sehingga SPBU yang dikelolanya sering kelebihan stok. 

"Biasa juga kurang, tapi jatah itu kebanyakan cukup. Memang kami akui, kadang ada sejumlah truk pengguna BBM jenis Solar yang masih mengisi Solar subsidi, padahal dia jenis kendaraan industri," ujar Anil.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya