Kenali Tanda-Tanda Munculnya Puting Beliung di Musim Pancaroba

Pada pancaroba atau masa peralihan musim ini, BMKG memperingatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang, petir dan puting beliung

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 28 Mar 2018, 09:31 WIB
Awan tebal didahului cuaca cerah di langit Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan masa peralihan musim atau pancaroba di Jawa Tengah bagian selatan bakal terjadi antara April-Mei 2018.

Pada masa peralihan musim ini, BMKG memperingatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang, petir, atau bahkan puting beliung.

Pada pancaroba, kerap terjadi fluktuasi cuaca lokal yang cukup esktrem, terutama di daerah yang berdekatan dengan pegunungan. Pemanasan lokal menyebabkan turunnya tekanan udara dan memicu aliran udara kencang dari daerah-daerah sekitarnya.

Awan hujan dalam konsentrasi tinggi pun terbentuk dan memicu hujan lebat skala lokal. Yang paling diwaspadai adalah munculnya awan kumulonimbus (cumulonimbus).

Awan kumulonimbus ini berpotensi memicu terjadinya hujan lebat disertai angin kencang, petir dan juga puting beliung. Awan ini biasanya muncul pada siang menjelang sore atau sore hari pada masa pancaroba.


Tanda-tanda Munculnya Puting Beliung Bisa Dikenali Kasat Mata

Awan tebal didahului cuaca cerah di langit Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Prakirakan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan menerangkan secara kasat mata, awan kumulonimbus didahului oleh matahari yang bersinar penuh, cuaca cerah atau cerah berawan dan suhu tinggi.

Saat peningkatan suhu itu lah, tekanan udara turun. Penguapan pun terjadi dengan cepat dan memicu kelembapan tinggi.

Tubuh manusia dapat merasakan dampak penguapan yang tinggi yang berdampak pada gerah luar biasa. Embusan angin cenderung lemah.

Tanda-tanda munculnya puting beliung pun bisa dilihat dengan kasat mata. Biasanya, lepas siang atau sore hari, tiba-tiba muncul awan tebal berarak dan mendekat ke wilayah tersebut.

“Karena pemanasan, biasanya terasa panas, gerah pada siang harinya. Biasanya langit masih clear, kemudian siang menjelang sore hari biasanya muncul awan tebal dan gelap, atau awan kumulonimbus,” dia menerangkan, Senin, 27 Maret 2018.

Awan kumulonimbus ini dapat memicu hujan disertai angin kencang, puting beliung, dan petir. Bahkan, dalam beberapa kasus, kumulonimbus memicu terjadinya hujan es.


Antisipasi Cuaca Ektrem pada Pancaroba

Puting beliung memorakporandakan ratusan rumah di Kecamatan Wangon dan Jatilawang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banyumas/Muhamad Ridlo)

Masyarakat diminta mewaspadai kemunculan awan ini dan segera mengamankan diri dari kemungkinan pohon tumbang atau sambaran petir.

“Pohon yang terlalu tinggi dan rimbun di sekitar rumah lebih baik dipangkas,” ucap dia.

Rendy mengatakan, musim kemarau daerah di Jawa Tengah bagian selatan diperkirakan tak datang bersamaan. Biasanya, kemarau di daerah pedalaman lebih cepat dibanding daerah yang berada di pesisir pantai.

Kemarau tahun 2018 ini normal dan berlangsung sekitar tiga hingga empat bulan. Pada Mei, intensitas hujan diperkirakan sudah menurun.

Hal itu berdampak pada berkurangnya sumber air untuk pertanian. Karenanya, petani, terutama di sawah tadah hujan untuk mempercepat musim tanam.

Dengan begitu, ketika kemarau tiba, petani sudah panen atau setidaknya tanaman padi relatif kuat terhadap cekaman kekeringan. Puncak kemarau terjadi pada Agustus dan September. Adapun musim hujan diperkirakan dimulai pada Oktober 2018.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya