Liputan6.com, Natuna - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, akhirnya angkat bicara soal Grab yang baru saja mengakuisisi bisnis Uber di wilayah Asia Tenggara.
Menurutnya, aksi korporasi tersebut adalah hal yang wajar, terlebih di lanskap industri teknologi.
"Itu mekanisme di pasar. Saya dukung-dukung saja, biarpun bisnis yang demikian perlu skala ekonomi," kata Rudiantara di Natuna, Kepulauan Riau, dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Rabu (28/3/2018).
Baca Juga
Advertisement
Rudiantara juga menganggap, bergabungnya bisnis Uber ke Gran adalah hal yang positif. Merger akuisisi Grab dengan Uber, sambungnya, memang tidak mencakup keseluruhan secara global, tetapi hanya pada unti bisnis Asia Tenggara saja.
"Saya lihatnya positif saja (merger akuisisi Grab terhadap Uber)," tambah pria yang karib disapa Chief RA tersebut.
Untuk diketahui, akusisi Grab terhadap Uber baru saja diumumkan sejak Senin (26/3/2018).
CEO Uber Dara Khosroshahi, juga angkat bicara soal akuisisi Grab terhadap layanan operasional Uber di Asia Tenggara.
Orang nomor satu di Uber tersebut menegaskan tak akan menjual akuisisi unit bisnis Uber di pasar global. Walau demikian, bukan berarti kejadian yang sama akan terjadi lagi di waktu mendatang.
Hengkangnya Uber dari wilayah Asia Tenggara menandakan layanan ride-sharing tersebut sudah tiga kali 'bertekuk lutut' dengan yakni menyerahkan unit bisnisnya ke layanan kompetitor di pasar global.
Uber Menyerah
Untuk diketahui, sebelum menjual layanan operasionalnya di Asia Tenggara ke Grab, Uber juga sempat melakukan hal serupa kepada kompetitornya di Didi Chuxing di Tiongkok dan Yandex di Rusia.
Dengan demikian, Dara berujar, aksi korporasi tersebut akan menjadi yang terakhir. Ia juga menegaskan, selama masih memimpin Uber, dirinya tak akan lagi mengulangi kejadian serupa.
"Wajar saja jika kalian bertanya, konsolidasi dan strategi apa yang cocok untuk dilakukan sekarang ini, seperti di Tiongkok, Rusia, dan Asia Tenggara. Yang pasti, selama saya memimpin Uber, kejadian tersebut tak akan terulang lagi," ujar Dara seperti dikutip Tech Crunch, Senin (26/3/2018).
Perlu diketahui, akuisisi layanan Uber di Tiongkok dan Rusia berlangsung kala perusahaan tersebut masih di bawah pimpinan Travis Kalanick.
Dara juga mengatakan, ia berkeinginan untuk mengembangkan bisnis perusahaan dengan membangun produk, layanan, dan teknologi terbaik. Ia berharap, layanan Uber akan terus tumbuh seiring berjalannya waktu.
Advertisement
Pernyataan Grab
Dalam pernyataannya, Grab menyebut layanan operasional Uber di seluruh wilayah Asia Tenggara bakal berjalan di bawah kendali Grab. Selain itu, dalam keterangannya, akuisisi layanan juga dipastikan akan menyingkirkan aplikasi Uber.
Belakangan menurut laman AsiaOne yang Tekno Liputan6.com kutip, Senin (26/3/2017), aplikasi Uber akan berhenti beroperasi di Asia Tenggara dalam waktu dua minggu lagi. Tepatnya pada 8 April 2018.
Dalam keterangannya, Grab mengatakan, tidak akan ada perubahan dalam waktu dekat ini. Adapun layanan operasional masih akan terus berlanjut seperi biasa seiring dengan proses penggabungan platform Uber dan Grab.
"Pengguna bisa mendapatkan layanan yang lebih baik dan lebih banyak pengemudi, serta pilihan transportasi tersedia dalam satu aplikasi," kata Grab.
Artinya, pengguna setia Uber di Asia Tenggara, seperti di Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam nantinya harus menggunakan aplikasi Grab.
Waktu dua minggu itu akan dipakai untuk perpindahan driver Uber ke platform Grab.
Kemudian, Grab juga meminta kepada pengguna Uber untuk mengunduh aplikasi Grab untuk memesan transportasi di Asia Tenggara. Artinya, layanan Uber hanya tersedia di luar Asia Tenggara.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: