Bukan Bubar, Jokowi Sebut Indonesia Jadi Negara Ekonomi Besar di 2030

Jokowi menyatakan kesuksesan Indonesia sebagai bagian dari tujuh negara dengan ekonomi terbesar pada 2030.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mar 2018, 11:45 WIB
Presiden Jokowi meninjau pembangunan akses jalan menuju persawahan yang berada di Desa Pematang Panjang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Senin (26/3). Di lokasi itu mempekerjakan 30 warga sekitar dengan upah Rp80 ribu per hari. (Liputan6.com/Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Joko Widodo atau Jokowi optimistis dengan kemajuan ekonomi Indonesia. Dia menyebut, Indonesia akan masuk dalam tujuh negara dengan ekonomi terbesar pada 2030. Ramalan itu jauh berbeda dengan Prabowo Subianto yang menyebut, Indonesia bubar 2030.

"Tahun 2040-2045 negara kita akan menjadi negara keempat terbesar ekonominya. Insyaallah, tahun 2030 kita bisa di posisi 7 sampai 10 terbesar ekonomi terkuat di dunia," kata Jokowi dalam acara Rakernas II Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI) di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, 27 Maret 2018.

Jokowi mengatakan, saat ini Indonesia berada dalam posisi 16 negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar. Hanya saja, dia mengingatkan, masih ada sejumlah kekurangan yang harus dibenahi.

"Jangan berpuas diri dengan 16 besar‎, masih ada masalah itu iya, ini tugas kita bersama dari pusat dan daerah kerja keras menyelesaikan hal-hal yang harus diperbaiki," ucap Jokowi.

Jokowi menilai, tantangan yang harus segera dihadapi bersama, yaitu persoalan ketimpangan dan kemiskinan yang ada.

"‎Mari kita bangun hubungan sinergis antara pemerintah pusat, kabupaten, baik kepala daerah maupun DPRD sebagai mitra kerja, menjaga stabitas ekonomi dan politik semakin baik," kata Jokowi.


Ramalan Indonesia Bubar 2030

banner grafis Prabowo Subianto (Liputan6.com/Abdillah)

Pada Senin, 18 September 2017, Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, mendadak riuh. Pemicunya, pernyataan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang berapi-api menyebut "ramalan" Indonesia bubar 2030.

Pernyataan serupa juga disampaikan Prabowo dalam sebuah pidato politik yang diunggah akun resmi Facebook Partai Gerindra. Untuk yang ini, pernyataan tersebut mendadak jadi buah bibir di masyarakat. Geger pun terjadi.

Prabowo mengakui, dia mengutip sebuah karya fiksi ilmiah novel fiksi Ghost Fleet: a Novel of The Next World War, karya pengamat militer, Peter W Singer dan August Cole sebagai dasar "ramalannya".

"Itu ada tulisan dari luar negeri. Banyak pembicaraan seperti itu di luar negeri. Begini ya, jadi di luar negeri ada namanya scenario writing. Memang bentuknya mungkin novel, tapi yang nulis adalah ahli-ahli intelijen strategis, you buka dong. You buka, baca, belum kan?" ujar Prabowo saat ditemui di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Kamis, 22 Maret 2018.

Ghost Fleet merupakan karya fiksi ilmiah yang mengulas isu perang masa depan, termasuk kemungkinan Perang Dunia III. Telaah dalam novel tersebut disusun melalui hasil pengamatan dinamika politik, persaingan teknologi, serta isu spionase di antara ketiga negara: Amerika Serikat, China, dan Rusia.

Sang penulis tidak lagi menyebut perang sebagai perebutan wilayah ataupun penguasaan sumber daya, sebagaimana yang kerap terjadi pada pertempuran-pertempuran besar sebelumnya.

Singer, dilansir dari San Diego Union Tribune, menyebutkan, "Perang akan berubah menjadi perebutan pengaruh yang melemahkan siapa pun yang tidak sigap memantaunya."


Indonesia Tetap Ada hingga Kiamat

Menhan RI Ryamizard Ryacudu saat menghadiri pertemuan bilateral di Sydney (16/3). Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu tetap menggunakan bahasa nasional Indonesia saat menghadiri dialog. (AFP Photo/Pool/William West)

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamirzard Ryacudu tidak percaya Indonesia akan bubar pada 2030. Dia menegaskan, Indonesia akan tetap ada sampai kiamat.

"Kalau saya sih sampai kiamat Indonesia ada. Sampai kiamat. Kiamat 1.000 tahun lagi, 1.000 tahun lagi Indonesia. Sejuta tahun lagi (kiamat), sejuta tahun lagi Indonesia ada," kata Ryamizard di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 26 Maret 2018.

Mantan Perwira Tinggi TNI Angkat Darat ini juga yakin masyarakat sudah pintar menanggapi informasi serta bisa memilah yang benar dan yang salah.

"Ada yang membenarkan jelas ada, yang enggak membenarkan juga ada. Itu demokrasi, berpikir. Ngomong aja enggak boleh? Boleh dong, asal masuk akal ya," ucap Ryamizard.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya