Citra Satelit: Tiongkok Kirim 40 Kapal Perang ke Wilayah Sengketa Laut China Selatan

Analis melihat hal itu sebagai sesuatu yang 'tak biasa', di mana Tiongkok tampak meningkatkan kekuatan militernya di Laut China Selatan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 28 Mar 2018, 18:40 WIB
(ilustrasi, tak menunjukkan kejadian yang sebenarnya) Laut China Selatan (Intelligence Specialist 1st Class John J Torres)

Liputan6.com, San Fransisco - Tiongkok telah mengirim puluhan kapal perang ke wilayah sengketa Laut China Selatan, menurut laporan hasil pencitraan satelit lembaga think-tank Barat.

Kapal-kapal itu, menurut kabar, melaksanakan latihan maritim berskala besar yang rutin dilaksanakan di salah satu area di Laut China Selatan.

Latihan maritim itu, yang juga melibatkan simulasi tempur, dilaksanakan di Pulau Hainan -- sebuah rute maritim yang kerap dilintasi sejumlah kapal sipil dan dagang internasional.

Kabar itu pertama kali dilaporkan oleh firma pencitraan Bumi, Planet Labs. Demikian seperti dikutip dari Independent (28/3/2018).

Menggunakan pencitraan satelit, Planet Labs menemukan keberadaan 40 kapal tempur dan kapal selam Tiongkok -- termasuk kapal induk terbaru mereka, Liaoning, lengkap dengan alutsista udara -- di dekat Pulau Hainan.

Citra satelit menunjukkan, seluruh kapal membentuk dua formasi berbaris memanjang, dengan Liaoning berada di posisi tengah barisan.

Formasi dipimpin oleh kapal selam Tiongkok. Mereka juga mendapat pengawalan udara dari alutsista aviasi yang diterbangkan dari landasan pacu Kapal Induk Liaoning.

Mobilitas armada itu turut dibenarkan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan, yang mengatakan bahwa mereka sempat melintas di Selat Taiwan pekan lalu -- sebelum akhirnya tiba di Laut China Selatan pekan ini.

Laporan Taiwan mengindikasikan bahwa armada itu diberangkatkan langsung dari Negeri Tirai Bambu. Namun, hingga saat ini, belum diketahui detail rute, destinasi, dan jangka waktu pelayaran armada tersebut.

 

Saksikan juga video berikut ini:


Lebih Mirip Unjuk Gigi ketimbang Simulasi

Miiter Vietnam berjaga di wilayah sengketa Laut China Selatan, (AFP)

Menurut kabar yang beredar, Tiongkok melabel pengerahan armada itu sebagai sebuah "latihan dan simulasi militer". Namun, beberapa analis punya pendapat lain.

Di samping latihan, aktivitas tersebut juga merupakan cara Beijing unuk menunjukkan bahwa mereka tengah meningkatkan kekuatan serta menggencarkan kehadiran militer di Laut China Selatan. Demikian dijelaskan Jeffrey Lewis, pakar geopolitik di Middlebury Institute of Strategic Studies California.

Collin Koh, pakar geopolitik di S Rajaratnam School of International Studies Singapura juga sependapat.

"Tiongkok ingin menunjukkan bahwa elemen Armada Laut Selatan mereka mampu dan secara rutin dapat dikerahkan ke wilayah tersebut," kata Koh.

"Mereka juga ingin menunjukkan kemampuan inter-operabilitas armadanya -- sesuatu yang telah sukses dilakukan China beberapa waktu terakhir."

Klaim Sepihak

Dalam beberapa waktu terakhir, berbagai kapal tempur dan pesawat militer China kerap berpatroli di Laut China Selatan -- seakan ingin menegaskan klaim sepihak mereka atas kawasan maritim itu.

Tiongkok mengklaim bahwa mereka memiliki hak kedaulatan yang tak terbantahkan atas kawasan Laut China Selatan dan pulau-pulau yang ada di dalamnya.

Tiongkok melandasi klaim kedaulatan sepihak itu dengan menggunakan konsep demarkasi semu "the nine-dash line" atau sembilan garis putus, mencakup seluruh kawasan gugus kepulauan Spratly, Paracel, Pratas, Macclesfield Bank, Mischief Reef, dan Scarborough Shoal, yang secara akumulatif membentuk seluruh kawasan Laut China Selatan.

Namun, klaim tersebut ditentang oleh banyak negara, yakni Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam, Indonesia, termasuk Amerika Serikat dan Inggris -- meski berada jauh dan berbeda kawasan, namun memiliki kepentingan di sana.

Kritik AS berfokus pada pembangunan fasilitas militer China di pulau serta daratan reklamasi di kawasan. Washington juga menyebut, infrastruktur itu akan membatasi juga membahayakan navigasi perairan internasional.

Beijing telah berulang kali memperingatkan AS agar menahan diri dan tidak terlibat dalam perselisihan tersebut. Negeri Tirai Bambu juga mengklaim bahwa kebebasan patroli navigasi -- seperti yang beberapa waktu terakhir mulai dilakukan AS -- merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan China.

Pekan lalu, kapal perang AS, USS Mustin berlayar di dalam garis nautika 12 mil di Mischief Reef, membuat geram Tiongkok.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya