Liputan6.com, Islamabad - Peraih penghargaan Nobel Perdamaian Malala Yousafzai kembali ke Pakistan untuk pertama kali, beberapa tahun setelah ia ditembak oleh militan Taliban pada Oktober 2012.
Kala itu, seorang militan Taliban menembak kepalanya. Beruntung, nyawanya masih selamat meski peluru itu membuat senyumnya tak sempurna lagi.
Dalam kunjungannya ke Pakistan, Malala dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi. Namun, detail pertemuan itu tak diungkap ke publik dengan pertimbangan "sensitivitas".
Baca Juga
Advertisement
Seperti dikutip dari BBC, Kamis (29/3/2018), siaran televisi Pakistan menyiarkan video yang memperlihatkan Malala dan kedua orangtuanya tiba di Benazir Bhutto International Airport, Islamabad, di bawah pengamanan ketat.
Dalam kunjungan yang berlangsung selama empat hari itu, belum dikonfirmasi apakah Malala akan mengujungi tempat tinggalnya dahulu yang berlokasi di Swat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sekilas tentang Malala
Pada usianya yang baru 11 tahun, Malala telah menulis buku harian secara anonim untuk BBC Urdu yang menceritakan tentang kehidupan di bawah kontrol Taliban.
Malala dikenal vokal memperjuangkan pendidikan perempuan meski ia berada di bawah tekanan militer yang sangat besar. Pada usia 15 tahun, militan Taliban menembak kepalanya. Pasalnya, Malala dianggap pro Barat dan mempromosikan kebudayaan barat di wilayah Pashtun.
Malala menderita luka yang mengancam jiwa akibat serangan itu. Sebagian tengkoraknya pun harus diangkat untuk menghilangkan pembengkakan di otaknya.
Setelah menerima perawatan darurat di sebuah rumah sakit militer di Paksitan, ia dibawa ke Inggris untuk menjalani pemulihan di Birmingham. Sejak saat itu, ia dan keluarganya menetap di sana.
Advertisement
Meraih Nobel Perdamaian
Sejak kondisinya membaik, Malala terus melanjutkan upayanya untuk menyuarakan hak-hak dan pendidikan anak di seluruh dunia. Bersama ayahnya, Ziauddin, keduanya mendirikan Malala Fund yang bertujuan untuk "berupaya bagi dunia agar seluruh perempuan dapat belajar dan memimpin tanpa takut".
Pada 2014, ia menjadi orang termuda yang meraih Nobel Perdamaian. Malala dan aktivis India, Kailash Satyarthi, bersama-sama diberikan penghargaan itu atas upaya mereka untuk hak anak-anak.
Malala terus melanjutkan kampanyenya sambil melanjutkan studinya. Tahun lalu, ia diterima di unversitas bergengsi dunia, yakni Oxford University.