Dino Patti Djalal dan Akademisi Asia Akan Bertemu dengan Pejabat Korea Utara, Bahas Apa?

Mantan Wamenlu RI akan memimpin delegasi akademisi dari Asia - Pasifik untuk berdialog dengan pemerintah Korea Utara

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 29 Mar 2018, 13:30 WIB
Ketua Board of Trustees Indonesian Diaspora Network Global Dino Patti Djalal (kiri) saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (12/6). Nantinya acara Kongres Diaspora Indonesia tersebut akan digelar di Kasablanka Hall. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dino Patti Djalal, akan memimpin sejumlah delegasi akademisi dari Asia - Pasifik untuk berkunjung ke Korea Utara dan berdialog dengan pejabat tinggi negara tersebut pada 3 - 7 April 2018.

Dino, dalam kapasitasnya sebagai pendiri firma think-tank Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), akan memimpin delegasi akademisi dari Kamboja, Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Selandia Baru. Mereka akan menyambangi ibu kota sekaligus pusat pemerintahan Korea Utara, Pyongyang, dan Panmunjeom.

Di Pyongyang, para delegasi yang dipimpin Dino akan berdialog dengan Wakil Presiden Presidium Majelis Tinggi Rakyat Korea Utara, Yang Hyong-sop dan Wakil Menteri Luar Negeri, Choe Hul-chol.

Para delegasi juga akan berdialog dengan akademisi dari Korea-Asia Association Kim Il-sung University. Dino pun akan berpidato di lembaga pendidikan tinggi itu.

"Dialog nanti akan membahas dan saling berbagi pandangan tentang isu-isu terkini di kawasan. Para delegasi juga akan berbagi tentang strategi pembangunan di negara masing-masing kepada para pejabat Korea Utara," kata Dino Patti Djalal saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (29/3/2018).

Selain Pyongyang, para delegasi juga akan menyambangi Panmunjeom -- kawasan zona demiliterisasi (DMZ) Korea Utara - Korea Selatan, serta menjadi markas pasukan militer penjaga garis demarkasi kedua negara atau Joint Security Area (JSA).

Dialog Konstruktif

Sebagai sebuah negara yang menutup diri, sikap pemerintah Korea Utara yang bersedia menerima kunjungan para delegasi akedemisi asing itu, dinilai oleh Dino sebagai sebuah 'secercah harapan positif yang tak terduga', efek dari situasi di Semenanjung Korea yang mengalami penurunan tensi sejak beberapa pekan terakhir.

Maka, memanfaatkan momentum itu, Dino berharap agar dialog yang berlangsung nanti dapat menghasilkan hal yang konstruktif.

"Kita tak ingin menggurui atau mendikte hal-hal tertentu. Tujuannya adalah berbagi pengalaman, berbagi sudut pandang atas penyelesaian suatu masalah, serta yang terpenting, menumbuhkan rasa saling percaya dengan masing-masing pihak," kata Dino.

Meski para delegasi berangkat dengan menyandang status sebagai akademisi dan pakar, Dino juga berharap, agar hasil dialog nanti akan turut memberikan sumbangsih positif bagi dinamika proses diplomatik dialog damai antara Korea Utara dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat mendatang.

"Harapan kami, dialog itu juga menghasilkan hal-hal komplementer dan nilai tambah bagi pemerintah Korea Utara dalam proses usaha menuju perdamaian di Semenanjung Korea," lanjut pria yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.


Dinamika Menuju Dialog Damai

Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Kabar rencana kunjungan dan dialog itu muncul di tengah proses usaha perdamaian di Semenanjung Korea yang melibatkan berbagai negara dan pihak di kawasan, meliputi; Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, China, Amerika Serikat, dan lain-lain.

Kemarin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan kunjungan kenegaraan ke China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping -- menandai sebuah momen bersejarah antara kedua negara serta menjadi progres tersendiri bagi upaya perdamaian di Semenanjung.

Dalam pertemuan itu, Kim mengatakan bahwa ia berkomitmen untuk denuklirisasi Semenanjung Korea, tujuan utama China. Kata media pemerintah Tiongkok, CCTV seperti dikutip dari CNN.

"Pada musim semi ini penuh dengan kebahagiaan dan harapan. Saya percaya pertemuan pertama saya dengan Sekretaris Jenderal Xi Jinping akan menghasilkan buah yang melimpah dari persahabatan DPRK-China, dan memfasilitasi perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea," lanjut Kim.

Kantor Berita Korea Utara (KCNA) juga mengonfirmasi kunjungan itu, mengatakan bahwa Kim Jong-un "diberi keramahan dengan sangat tulus kepadanya dalam hal persahabatan yang hangat dan selama kunjungannya di China."

Dalam sebuah surat yang diterbitkan di KCNA, Kim mengatakan bahwa pertemuannya dengan Xi akan membantu memindahkan "hubungan tradisional yang bersahabat antara Korea Utara dan China ke depan agar lebih sesuai dengan tuntutan di era baru."

Sementara itu, pekan lalu, belasan delegasi Amerika Serikat, Korea Selatan dan Korea Utara mengadakan pertemuan di Finlandia pekan lalu.

Pertemuan informal, tertutup, dan dirahasiakan dari sorot media itu dilaksanakan selama dua hari, pada 19 - 20 Maret 2018, di Helsinki, kata pejabat Finlandia yang baru membeberkan kabar itu pada Rabu, 21 Maret 2018.

Pertemuan tripartit itu berlangsung dalam nuansa yang hangat, kata pihak Kementerian Luar Negeri Finlandia selaku fasilitator.

"Topik pembahasan dalam pertemuan itu ditujukan untuk membangun rasa saling percaya antara ketiga negara dan mengurangi tensi seputar isu Semenanjung Korea," lanjut Kemlu Finlandia seperti dikutip dari Time 22 Maret 2018.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya