Akhir Februari 2018, Kredit Bermasalah Perbankan Capai Rp 134 Triliun

OJK menyatakan penyumbang tertinggi kredit bermasalah bank berasal dari sektor tambang.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 29 Mar 2018, 13:56 WIB
Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta,(4/11/2015). Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan pembahasan enam langkah sudah final karena tidak ada lagi perdebatan dari segi substansi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan kondisi perbankan dalam kondisi sangat baik. Namun, ada satu indikator yang naik tipis, yaitu angka Kredit Bermasalah (NPL) perbankan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menuturkan, NPL gross perbankan naik sedikit dari 2,86 persen di Januari 2018 menjadi 2,88 persen di akhir Februari 2018. Sementara untuk NPL nett berada di angka 1,2 persen dalam dua bulan pertama.

"Kalau untuk nilai NPL nya sebesar Rp 134 triliun. Namun NPL nett yang masih terjaga di 1,2 persen ini saya rasa masih cukup bagus," kata Heru di kantornya, Kamis (29/3/2018).

Heru menuturkan, sampai saat ini memang ada beberapa perbankan yang masih proses penyelesaian konsolidasi. Namun Heru optimistis konsolidasi bank selesai pada 2018.

 


Selanjutnya

Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta,(4/11/2015). Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan pembahasan enam beleid sudah final karena tidak ada lagi perdebatan dari segi substansi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penyumbang NPL paling tinggi masih dari sektor industri pertambangan. Meski begitu dengan ada perbaikan harga komoditas tambang diharapkan bisa menjadi pendukung dalam peningkatan kualitas kredit perbankan.

Setelah selesai, berarti perbankan akan masuk dalam fase pertumbuhan bisnis. Ditambah kondisi ekonomi Indonesia saat ini terus tumbuh yang bisa menjadi peluang pendanaan perbankan.

NPL yang sedikit naik, Heru memaparkan pertumbuhan kredit perbankan pada akhir Februari 2018 sebesar 8,22 persen. Angka ini jauh lebih baik jika dibanding periode sama tahun lalu yang pertumbuhannya negatif.

"Kalau melihat dengan kondisi makroekonomi kita saat, ini saya yakin akan bisa tumbuh sesuai target mereka yang ada di kisaran 12 persen," tutur Heru. (Yas)

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya